Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjalanan Pengamat Burung Ke Pulau Serangan

Serangan merupakan pulau kecil di pesisir Bali yang mempunyai pesona burung yang indah. Habitat burung di Serangan terdiri atas pantai, hutan mangrove, dan hutan dataran rendah yang mempunyai kondisi kering. Banyak burung tinggal di kawasan tersebut, dan dikala demam isu migrasi tiba, akan nampak ribuan burung migran di sekitar pantai serangan. Pesona burung migran di Serangan inilah yang menjadi tujuan utama saya, pengamat burung amatir yang hobi mencari burung di aneka macam cuilan Indonesia.

Kali ini aku ingin menceritakan kisah perjalanan aku dari Semarang menuju Serangan untuk mengamati burung-burung disana.

Perjalanan menuju Bali aku awali dengan memakai kereta api dari Semarang tujuan Surabaya. Waktu itu, aku berangkat tanggal 11 Mei 2016 pukul 11 siang dari Stasiun Semarang Poncol. Sayangnya waktu itu, terjadi duduk perkara dengan generator kereta yang menciptakan keberangkatan kereta api molor dari jadwal semula. Sambil menunggu kereta berangkat, aku mengambil wudlu dan salat dhuhur di stasiun. Sayangnya dikala aku gres mulai salat, terdapat pengumuman bahwa kereta akan segera berangkat, walhasil salat aku menjadi kurang khusyuk dan terburu-buru. Pukul 12 lebih sedikit kereta tersebut benar-benar berangkat menuju Surabaya sesudah semua kerusakan diperbaiki.
Stasiun Gubeng
Semarang-Surabaya memakan waktu 5 jam dan aku hingga di Stasiun Surabaya Pasar Turi pukul 17.30 WIB petang. Perjalanan akan aku lanjutkan memakai kereta dari stasiun Surabaya Gubeng menuju Stasiun Banyuwangi Baru. Oleh alasannya yaitu itu aku mencari transportasi umum untuk pindah dari Stasiun Pasar Turi menuju Gubeng. Untunglah jarak kedua stasiun tersebut tidak begitu jauh, hanya memakan waktu sekitar 20 menit perjalanan dengan mobil.

Kereta dari Gubeng berangkat pukul 22.00 WIB menuju Banyuwangi Baru yang dijadwalkan hingga pada pukul 04.00 WIB. Kali ini kereta berangkat sesuai jadwal sehingga aku tidak terlambat hingga Banyuwangi. Sampai di Banyuwangi, aku melanjutkan perjalanan dengan kapal bahari dari pelabuhan Ketapang Banyuwangi menuju Gilimanuk Bali. Perjalanan dengan kapal bahari memakan waktu sekitar 45 menit. Kapal Ketapang-Gilimanuk berangkat 24 non stop, jadi pelancong tidak akan kebingungan untuk menyeberang meskipun di malam hari sekalipun.
Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
Sampai di pelabuhan Gilimanuk, aku berjalan sebentar untuk menuju terminal Gilimanuk dimana disitu aku memperoleh bus untuk perjalanan menuju terminal Ubung. Ternyata perjalanan dari Gilimanuk-Ubung memakan waktu cukup usang sekitar 3,5 jam. Jarak yang ditempuh-pun lebih jauh dari jara Semarang-Yogyakarta. Dari ubung inilah aku dijemput teman-teman dari Universitas Udayana untuk menuju Pulau Serangan lokasi pengamatan burung. Perjalanan dari Ubung menuju Serangan memakan waktu sekitar 50 menit apabila lanjar tanpa macet.

Di pulau serangan, aku bertemu dengan banyak teman-teman pencinta burung dari aneka macam tempat. Dari Yogyakarta, Jakarta, Semarang, Mataram, Malang dan lain-lain berkumpul untuk mengamati burung-burung di pulau tersebut.
Salah satu lokasi pengamatan
Singkat dongeng kami semua melaksanakan pengamatan burung dan alhasil menemukan jenis-jenis burung sebagai berikut.
  1. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides)
  2. Bondol haji (Lonchura maja)
  3. Bondol peking (Lonchura punctulata)
  4. Bentet kelabu (Lanius schach)
  5. Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)
  6. Blekok sawah (Ardeola speciosa)
  7. Berkik rawa (Gallinago megala)
  8. Biru bahari ekor blorok (Limosa lappanica)
  9. Biru bahari ekor hitam (Limosa limosa)
  10. Bentet loreng (Lanius tigrinus)
  11. Cucak kutilang (Pygnonotus aurigaster)
  12. Cucak Kuning (Pycnonotus melanicterus)
  13. Cangak bubuk (Ardea cinerea)
  14. Cangak merah (Ardea purpurea)
  15. Caladi tilik (Dendrocopus moluccensis)
  16. Cerek besar (Pluvialis squatarola)
  17. Cerek kalung kecil (Charadrius dubius)
  18. Cerek melayu (Charadrius peronii)
  19. Cerek paruh panjang (Charadrius placidus)
  20. Cerek pasir besar (Cheredrius leschenaultii)
  21. Cerek asia (Charadius veredus)
  22. Cerek pasir mongolia (Charadrius mongolus)
  23. Cerek topi merah (Charadrius ruficapillus)
  24. Cerek jawa (Charadrius javanicus)
  25. Cerek tilil (Charadrius alexandrinus)
  26. Cerek krenyut (Pluvialis fulva)
  27. Camar kepala hitam (Larus ridibundus)
  28. Cinenen jawa (Orthotomus sepium)
  29. Cici padi (Cisticola juncidis)
  30. Cipoh kacat (Aegithina tiphia)
  31. Cikrak daun (Phylloscopus trivirgatus)
  32. Cekakak sungai (Todhiramphus chloris)
  33. Cekakak suci (Todirhampus sanctus)
  34. Cabai jawa (Dicaeum trochileum)
  35. Cikalang christmas (Fregata andrewsi)
  36. Dara bahari biasa (Sterna hirundo)
  37. Dara bahari tiram (Sterna nilocita)
  38. Dara bahari jambon (Sterna dougallii)
  39. Dara bahari kecil (Sterna albifrons)
  40. Dara bahari putih (Gygis alba)
  41. Dara bahari jambul (Sterna bergii)
  42. Dara bahari benggala (Sterna bengalensis)
  43. Dara bahari kumis (Chlidonias hybridus)
  44. Dara bahari sayap putih (Chlidonias leucopterus)
  45. Dederuk jawa (Streptopelia bitorquata)
  46. Gelatik-batu kelabu (Parus major)
  47. Gajahan besar (Numenius arquata)
  48. Gajahan penggala (Numenius phoeapus)
  49. Gajahan timur (Numenius madagascariensis)
  50. Gajahan kecil (Numenius minutus
  51. Gagang bayam timur (Himantopus leucochepalus)
  52. Gereja erasia (Passer  montanus)
  53. Gagak hutan (Corvus enca)
  54. Gemak tegalan (Turnix sylvatica)
  55. Gemak loreng (Turnix suscitator)
  56. Itik gunung (Anas superciliosa)
  57. Itik benjut (Anas gibberifrons)
  58. Ibis Rokoroko (Plegadis falcinellus)
  59. Jinjing kerikil (Hemipus hirundinaceus)
  60. Kicuit kerbau (Motacilla flava)
  61. Kapasan sayap putih (Lalage sueurii)
  62. Kipasan belang (Rhipidura javanica)
  63. Kerak kerbau (Acsridotheres javanicus)
  64. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus)
  65. Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax)
  66. Kowak malam merah (Nycticorax caledonicus)
  67. Kuntul karang (Egretta sacra)
  68. Kuntul kecil (Egretta garzetta)
  69. Kuntul besar (Egretta alba)
  70. Kuntul perak (Egretta intermedia)
  71. Kuntul cina (Egretta eulophotes)
  72. Kuntul kerbau (Bubulcus ibis)
  73. Kokokan bahari (Butorides striatus)
  74. Kedidi merah (Calidris canutus)
  75. Kedidi besar (Calidris tenuirostris)
  76. Kedidi leher merah (Calidris ruficollis)
  77. Kedidi golgol (Calidris ferruginea)
  78. Kedidi putih (Calidris alba)
  79. Kedidi jari-panjang (Calidris subminuta)
  80. Kedidi belang (Calidris alpina)
  81. Kedidi ekor-tajam (Calidris acuminata)
  82. Kedidir belang (Haemathopus longirostris)
  83. Kirik-kirik australia (Merops ornatus)
  84. Kirik-kirik bahari (Merops philippinus)
  85. Kareo padi (Amaurornis phoenicurus)
  86. Kapinis bahari (Apus pacificus)
  87. Kapinis rumah (Apus affinis)
  88. Layang-layang api (Hirundo rustica)
  89. Layang-layang kerikil (Hirundo tahitica)
  90. Layang-layang rumah (Delichon dasypus)
  91. Manyar jambul (Ploceus manyar)
  92. Merbah Cerucuk (Pygnonotus goiavier)
  93. Punai gading (Treron vernans)
  94. Prenjak jawa (Prinia familiaris)
  95. Pecuk padi belang (Phalacrocorax melanoleucos)
  96. Pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris)
  97. Perkutut jawa (Geopelia striata)
  98. Remetuk bahari (Gerygone sulphurea)
  99. Raja udang biru (Alcedo coerulescens)
  100. Srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus)
  101. Srigunting hitam (Dicrurus macrocercus)
  102. Sepah hutan (Pericrocotus flammeus)
  103. Sikatan belang (Ficedula westermanni)
  104. Tangkar centrong (Crypsirina temia)
  105. Trinil pantai (Tringa hypoleucos)
  106. Trinil semak (Tringa glareola)
  107. Trinil hijau (Tringa ochropus)
  108. Trinil kaki merah (Tringa totanus)
  109. Trinil kaki hijau (Tringa nebularia)
  110. Trinil bedaran (Tringa cinereus)
  111. Trinil lumpur asia (Limnodromus semipalmatus)
  112. Trinil rawa (Tringa stagnatilis)
  113. Trinil ekor kelabu (Tringa brevipes)
  114. Trinil pembalik kerikil (Arenaria interpres)
  115. Trinil rumbai (Philomachus pugnax)
  116. Tikusan merah (Porzana fusca)
  117. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis)
  118. Uncal kouran (Macropygia ruficeps)
  119. Wiwik lurik (Cacomantis sonneratii)
  120. Wili-wili besar (Burhinus giganteus)
  121. Walet sarang hitam (Collacalia maxima)
  122. Walet sarang putih (Collacalia fuciphaga)
  123. Walet linchi (Collacalia esculanta linchi)

Jenis-jenis yang kami temukan mungkin belum mewakili semua burung di serangan. Namun paling tidak dari data tersebut sanggup diketahui bahwa pulau kecil itu mempunyai keanekaragaman yang tinggi, terutama dikala demam isu burung migrasi tiba.
Gajahan besar, salah satu burung penghuni serangan
Saya menginap 3 malam di Serangan dan alhasil pulang di hari ke empat pada hari ahad tanggal 15 Mei 2016. Saya kembali ke terminal Ubung, naik bus hingga Gilimanuk, menyeberang selat bali, naik kereta dari Banyuwangi Baru menuju Gubeng, pindah taksi dari Gubeng menuju Pasar Turi, dan alhasil kereta dari Pasar Turi menuju Semarang Poncol. Perjalanan yang cukup panjang tapi sangat menarik dan membuahkan banyak pengalaman menarik untuk saya.

Posting Komentar untuk "Perjalanan Pengamat Burung Ke Pulau Serangan"