Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hereditas Dan Aturan Mendel

Hereditas ialah pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan dua individu mempunyai sifat-sifat yang mengikuti aturan tertentu. Sifat-sifat yang muncul pada keturunan ditentukan oleh gen-gen yang dimiliki kedua orangtuanya. Aturan-aturan dalam pewarisan sifat ini disebut sebagai pola-pola hereditas.

Sifat-sifat yang terkandung dalam gen disebut dengan istilah genotip, sedangkan sifat-sifat yang telah muncul dalam keadaan bekerjsama disebut fenotip. Misalnya saja, buah mangga yang berasa cantik mempunyai gen pembawa rasa cantik yang disimbolkan dengan MM. Rasa cantik pada buah tersebut disebut fenotip sedangkan sifat-sifat yang terdapat pada gen yang disimbolkan dengan MM disebut genotip.

Teori perihal pewarisan sifat pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Beliau memakai kacang kapri (Pisum sativum) sebagai objek penelitiannya. Kapri yang mempunyai sifat berbeda-beda disilangkan sampai diperoleh aturan pewarisan sifat yang disebut aturan mendel I dan aturan II.

Hereditas ialah pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya Hereditas dan Hukum Mendel
Gregor mendel

Percobaan Monohibrid dan Hukum Mendel I


Percobaan monohibrid ialah percobaan dengan satu sifat beda saja yang diperhatikan. Misalnya kapri berbunga ungu disilangkan dengan kapri berbunga putih. Pada persilangan tersebut hanya terdapat satu sifat saja yang diperhatikan yaitu warna bunga. Pada persilangan tersebut, semua keturunan yang dihasilkan mempunyai warna bunga ungu.

Mengapa warna putih tidak muncul? Hal tersebut disebabkan warna ungu bersifat dominan sedangkan warna putih bersifat resesif. Sifat lebih banyak didominasi lebih ungul dari sifat resesif sehingga sifat yang muncul pada keturunan yang pertama semuanya ialah ungu. Kemudian dikala keturunan tersebut dikawinkan dengan sesamanya diperoleh kapri yang berbunga ungu 75% dan berbunga putih 25%. Sehingga perbandingan fenotip pada keturunan keduanya = warna bunga ungu : warna bunga putih = 3 : 1

Perhatikanlah skema persilangan berikut.

P    : UU (bunga ungu) x uu (bunga putih)
G   :  U                              u
F1  :                Uu

P2 : Uu              x               Uu
G  : U, u                             U, U
F2 :

U
u
U
UU
(ungu)
Uu
(ungu)
u
Uu
(ungu)
uu
(putih)

Perbandingan fenotip pada F2 = warna ungu : warna putih = 3:1

Penting : 
P = parental atau induk
G = gamet, atau sel kelamin yang dihasilkan
F1=keturunan pertama, hasil perkawinan induk
P2 = parental kedua atau F1 cukup umur disilangkan sesamanya
F2 = keturunan kedua, hasil perkawinan F1
Ssimbol gen dalam persilangan memakai abjad besar dan abjad kecil. Huruf besar ialah simbol untuk sifat lebih banyak didominasi sedangkan abjad kecil ialah simbol untuk sifat resesif.

Dari hasil persilangan tersbut Mendel sanggup menyimpulkan bahwa pasangan gen-gen akan berpisah secara bebas dalam pembentukan gamet. Kesimpulan tersebut lalu yang disebut sebagai aturan mendel I.

Percobaan dihibrid dan aturan mendel II


Percobaan dihibrid ialah percobaan dengan memakai dua sifat beda. Misalnya saja persilangan antara kapri berbiji lingkaran kuning dengan kapri keriput hijau. Pada persilangan ini terdapat dua sifat yang diperhatikan yaitu, bentuk biji kapri dan warna biji kapri. Keturunan pertama dari induk tersebut semuanya menghasilkan kapri dengan biji lingkaran kuning. Namun dikala keturunan tersebut dikawinkan dengan sesamanya diperoleh perbandingan fenotip = lingkaran kuning : lingkaran hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9:3:3:1

Perhatikanlah skema persilangan berikut.

P   : BBKK (bulat kuning) x bbkk (keriput hijau)
G  : B, K                                b, k
F1 :                   BbKk

P2 : BbKk                  x                     BbKk
G  : BK, Bk, bK, bk                 BK, Bk, bK, bk
F2 :

BK
Bk
bK
bk
BK
BBKK
(bulat kuning)
BBKk
(bulat kuning)
BbKK
(bulat kuning)
BbKk
(bulat kuning)
Bk
BBKk
(bulat kuning)
BBkk
(bulat hijau)
BbKk
(bulat kuning)
Bbkk
(bulat hijau)
bK
BbKK (bulat kuning)
BbKk
(bulat kuning)
bbKK
(keriput kuning)
bbKk
(keriput kuning)
bk
BbKk
(bulat kuning)
Bbkk
(bulat hijau)
bbKk
(keriput kuning)
Bbkk
(keriput hijau)

Perbandingan fenotip pada F2 = lingkaran kuning : buat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9:3:3:1

Dari hasil persilangan tersbut Mendel sanggup menyimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel (sifat) akan bersegregasi (berpasangan) secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Kesimpulan tersebut lalu yang disebut sebagai aturan mendel II.

Posting Komentar untuk "Hereditas Dan Aturan Mendel"