Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dolomit Ialah Mineral, Bukan Batuan

Apa itu Dolomit?

Sama halnya dengan gipsum yang sering disebut sebagai batuan, dolomit pun di masyarakat awam disebut dengan watu dolomit atau batuan dolomit. Perlu dipahami bahwa dolomit bukan batuan, tetapi merupakan mineral. Dolomit ialah kelompok mineral sangat unik, dan kalau dibandingkan dengan kalsit yang gampang dikenal, baik cara terbentuknya, penamaan, maupun mineral penyusunnya. Untuk membedakan antara keduanya hanya sanggup dilakukan dengan memakai peralatan bantu ibarat mikroskop elektron (scanning electron microscope-SEM), zat pewarna (stainning) serta difraksi sinar-X.

Dolomit ditemukan tahun 1795 oleh de Dolomieu di tempat Tyrol, Perancis Selatan ketika menganalisis batu gamping dan ternyata ditemukan kandungan magnesium sangat tinggi pada batuan tersebut. Dolomit ialah karbonat kembar berunsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Penggunaan dolomit di sektor industri lantaran unsur magnesiumnya. Unsur oksida maupun hidroksida magnesium dalam dolomit memiliki sifat sangat baik, terutama sifat refraktori serta derajat kecerahan, bahkan warna putih oksida ini dijadikan standar untuk mengukur derajat kecerahan materi lain.

Pembentukan Dolomit

Keterdapatan dolomit di alam tidak ibarat batugamping, namun tersebar cukup luas dalam jumlah relatif banyak. Hingga ketika ini, mula jadi mineral dolomit masih menjadi tanda tanya serta masih diperdebatkan oleh para ahli. Proses hidrotermal ialah salah satu teori mula jadi dolomit. Walaupun demikian ada beberapa teori mula jadi dolomit, diantaranya ialah :
  • Cara Primer: merupakan sedimentasi eksklusif dari air maritim yang belum sanggup dibuktikan. Secara umum, dolomit berbentuk urat, terbentuk gotong royong dalam cebakan bijih;
  • Cara Sekunder: yaitu mineral dolomit terjadi lantaran penggantian mineral kalsit. Beberapa mineral sekunder membentuk kristal yang tidak tepat lantaran penyerapan magnesium dari air maritim ke dalam batugamping, yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit sekunder sanggup juga terbentuk lantaran proses presifitasi sebagai endapan evaporit.

Faktor yang kuat terhadap pembentukan dolomit sekunder, antara lain adanya tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium dan prosesnya berlangsung dalam waktu lama. Semakin renta umur batugamping, semakin besar kemungkinan untuk bermetamorfosis dolomit. Dapat dikatakan bahwa dolomit yang sering kita jumpai terbentuk lantaran proses perubahan (diagenesis), peralihan mineral kalsit maupun aragonit.

Dolomit terdapat dalam batuan segala umur, terutama pada batuan lebih renta dari Holosen. Dolomit biasanya terdapat gotong royong dengan kalsit atau biasa disebut juga dengan dolomitisasi serta dedolomitisasi. Proses dolomitisasi sering terjadi apabila kalsit bermetamorfosis mineral dolomit, sedangkan dedolomitisasi kalau dolomit berubah kembali menjadi mineral kalsit. Secara umum proses dolomitisasi sanggup terjadi sebagai berikut:
  1. Pemompaan kembalinya air maritim yang terperangkap melalui batugamping
  2. Pencampuran antara air maritim dan air tanah dalam lapisan batugamping
  3. Pengaruh air hujan melarutkan serta memindahkan ion magnesium dari mineral kalsit yang satu ke mineral kalsit lain atau dari mineral lempung
  4. Proses penguapan dan pengendapan dari air laut
  5. Proses hidrotermal
  6. Peresapan air maritim yang terperangkap ke dalam lapisan batugamping dibawahnya.

Deskripsi Mineral Dolomit

Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit sanggup ditulis sebagai CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.

Dolomit yang ada di alam jarang dalam keadaan murni, lantaran umumnya mineral ini selalu terdapat gotong royong dengan batugamping. Dalam batuan dolomit, mineral kalsit ialah pengotor paling utama, disamping mineral kuarsa, lempung maupun pirit. Dalam mineral dolomit terdapat juga ion-ion pengotor, terutama ion besi (Fe).

 Sama halnya dengan gipsum yang sering disebut sebagai batuan Dolomit ialah Mineral, Bukan Batuan
Gambar mineral dolomit dan sifat fisiknya.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,5 - 4, bersifat pejal, berat jenis antara 2,8 - 2,9, berbutir halus sampai berangasan dan memiliki sifat gampang menyerap air serta gampang dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium. Kandungan unsur magnesium inilah sangat memilih nama dolomit. Misalnya, batugamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan kalau mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit.

Kegunaan Dolomit

Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang pemanfaatan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai lantaran banyak terdapat di alam. Tidak semua dolomit alam sanggup digunakan secara eksklusif untuk industri. Hal ini disebabkan oleh adanya pengotor yang terkandung didalamnya baik berupa batuan, mineral (lihat disini pengertian mineral) maupun unsur tertentu. Penyebab lainnya ialah sifat fisik yang tidak memenuhi syarat untuk industri tertentu. Oleh alasannya ialah itu, sebelum digunakan dolomit tersebut harus di proses terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran, menaikkan mutu serta memperbaiki sifat fisik yang dikehendaki oleh industri yang memerlukannya.

Pengolahan dolomit paling sederhana ialah dengan cara pembakaran. Pada pembakaran tersebut dolomit akan melepaskan karbon dioksida (CO2). Suhu yang diharapkan untuk melepaskan CO2 pada tekanan 1 atmosfir kira-kira 725C. Perubahan suhu tergantung dari jenis tanur (kiln) yang digunakan, tetapi kadang kala juga dipengaruhi oleh pengotor di dalam dolomit. Hasil pembakaran ini disebut doloma tohor (CaMgO2) yang masih bersifat reaktif. Apabila bercampur dengan air, maka terbentuklah doloma padam.

Pembakaran dolomit sanggup dilakukan dalam tanur tegak atau tanur berputar. Penggunaan tanur berputar berkapasitas tinggi sanggup mengurangi biaya. Biasanya dolomit harus dihancurkan terlebih dahulu menjadi partikel berukuran 3 - 40 mm. Dalam tanur tegak, ukuran yang digunakan ialah 40 - 150 mm dan menghasilkan dolama bermutu baik, terutama untuk pembuatan bata tahan api.

Penggunaan lainnya dari dolomit, yaitu dalam industri refraktori, tungku pemanas atau tungku pencair, dan juga dalam industri pupuk sebagai materi baku pupuk dolomit. Fungsi pupuk dolomit ialah untuk meningkatkan pH tanah, disini unsur Mg dalam dolomit sangat berperan. Dolomit juga sanggup digunakan pada industri cat sebagai pengisi (filler), industri kaca, plastik, kertas, materi pembuat semen, sorel, sea water magnesia, industri alkali, pembersih air, industri ban, plywood, industri obat-obatan maupun kosmetik, adonan masakan ternak, industri keramik, serta materi penggosok (abrasive).

Posting Komentar untuk "Dolomit Ialah Mineral, Bukan Batuan"