Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Geologi Busur Sunda-Banda

Busur Sunda-Banda merupakan busur paling panjang di Indonesia, melampar dari utara Pulau Sumatera melewati Pulau Jawa ke arah timur dan berakhir di Pulau Banda. Segmen barat terdiri dari Sumatera, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah, dan terbentuk pada tepian selatan Paparan Sunda. Bagian timur dari Jawa Tengah ditafsirkan sebagai busur kepulauan terbentuk pada kontinen yang tipis atau kerak intermedier.


Kegiatan tektonik Paleogen dan diikuti tektonik Akhir Kapur dimana acara volkanisme di Busur Sumatera-Meratus berakhir. Margin kontinen posisi pasif dari Paparan Sunda pada Akhir Eosen (Hamilton, 1979; Daly dkk., 1991) telah melampar ke arah Pulau Sumatera, dimana intrusi kalk-alkali terjadi dengan umur antara 52 - 57 juta tahun, dan kemungkinan lebih muda (N. Cameron, pers commun., 1991; Wajzer dkk., 1991) menggambarkan adanya penunjaman secara lambat ke arah utara pada awal hingga pertengahan Eosen.

Deformasi bersifat kompresif di lepas pantai Pulau Sumatera bab barat (Daly dkk., 1991) dan berakhirnya penunjaman Paleogen merupakan citra ketika terbentuknya ofiolit pada bab utara dan busur kepulauan yang bertepatan dengan terbentuknya Ofiolit Oligosen di jalur Indo-Burma (Sengupta dkk., 1990) dan terbentuknya batuan bancuh dengan fragmen ofiolit pada kepulauan di sebelah barat Sumatera (Harbury & Kallagher, 1991). Di bab timur Pulau Sumatera, ofiolit dann batuan Paleogen, termasuk basal di Jawa merupakan bab dari margin Sunda sebelum Akhir Oligosen.

 merupakan busur paling panjang di Indonesia Geologi Busur Sunda-Banda
Gambar Letak Busur Sunda-Banda.

Tumbukan terjadi pada Oligosen diikuti penunjaman dengan arah kebalikannya, dan pembentukan busur Sunda-Banda. Pada Akhir Miosen, Busur Sunda-Banda bab timur mengalami migrasi ke arah timur mengarah pada Laut Banda (Hamilton, 1979), atau jauh ke arah timur pada suatu tempat di barat pada posisi sekarang, memperangkap kerak lebih renta dari selatan Laut Banda (Hamilton, 1988). Pada Akhir Miosen hingga Pliosen, busur tersebut mengalami tumbukan dengan Tanimbar pada posisi tepian dari Kontinen Australia-New Guinea. Zona tumbukan melampar pada arah barat Pulau Sumba, dengan balik busur penunjaman di utara dari kawasan Wetar-Flores (Hamilton, 1979).

Menurut W. McCourt (1993), pada Akhir Oligosen hingga Akhir Moiosen, busur magmatik yang melampar luas pada sebagian besar Pulau Sumatera membentuk gugusan batuan yang oleh van Bemmelen (1949) disebut Formasi Andesit Tua. Busur ini secara strategis setempat terpisah dari batuan yang lebih muda ialah batuan yang lebih muda dari Neogen yang dicirikan oleh batuan endapan laut, termasuk didalamnya batulumpur. Sampai kini belum ada umur pengendapan batuan yang sanggup dikorelasikan dengan busur Tersier Tengah tersebut, posisinya bersamaan dengan busur Neogen.


Busur Andesitik berumur Miosen dengan pelamparan yang sama dengan volkanik Kuarter, melampar sepanjang Bukit Barisan (eg., Aspden dkk., 1982b; Aldiss dkk., 1983) dan menerus ke Jawa dan bab barat dari Busur Banda hingga Damar. Di luar sebaran tersebut, ke arah timur hanya dijumpai pulau-pulau dengan endapan volkanik Kuarter dan tidak didapatkan data bahwa pada ketika Neogen melampar hingga kawasan tersebut.

Batuan magmatik pada busur tersebut lebih banyak didominasi batuan eruptif, termasuk juga batuan intrusi berumur 12 dan 13 juta tahun di Sumatera (Aspden dkk., 1982) dan intrusi di Jawa. Tidak dijumpai batolit dalam ukuran besar pada Neogen. Riolit dan ignimbrit riolitik berumur Kuarter dijumpai di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Magmatisme pada Neogen terkait dengan penunjaman pada atau bersahabat tunjaman di Pulau Jawa ketika ini.

Di Pulau Sumatera, batuan gunungapi lebih banyak didominasi terbentuk pada lingkungan darat dan umumnya menumpang pada batuan berumur Miosen Awal berupa batuan gunungapi, batulumpur, dan batuan dasar berumur Miosen dan Paleozoik termasuk juga batuan ofiolit Mesozoik Akhir dari grup Woyla, serta batuan plutonik busur magmatik Kapur Akhir. Pada kubah Bayah di Jawa Barat pada awal Pliosen retas-retas andesitik menerobos batuan sedimen berumur Miosen Tengah serta tufa andesitik yang menumpang pada Gabro.

Pengangkatan pada ketika acara vulkanisme aktif pada Kenozoik Akhir ditandai oleh adanya batuan lumpur yang terbentuk pada lingkungan maritim menempati ketinggian sekitar 1100 meter di Bukit Barisan, dan batuan sedimen endapan maritim berumur Miosen Tengah pada Kubah Bayah berada pada ketinggian diatas 900 meter.


Pada bab timur Jawa Tengah dijumpai batuan pra-Tersier, dan busur ini kemungkinan menumpang pada kerak tipis yang terbentuk ketika pemekaran pada Akhir Kenozoik. Volkanisme Neogen pada busur kepulauan terjadi pada lingkungan darat dan maritim dangkal dan tidak mengindikasikan disertai dengan pengangkatan.

Posting Komentar untuk "Geologi Busur Sunda-Banda"