Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jenis Dan Macam Macam Kerikil Mulia Berdasarkan Ilmu Geologi

Apa itu Batu Mulia?

Menurut ilmu geologi, kerikil mulia mengandung pengertian sebagai semua jenis mineral dan batuan yang mempunyai sifat fisik, kimia serta karakteristik tertentu menyerupai motif dan warna, yang bernilai ekonomis. Batu mulia umumnya digunakan untuk komplemen dan materi dekorasi. Istilah atau penamaan kerikil mulia lebih banyak didasarkan pada kelangkaan keterdapatannya. Di indonesia kerikil mulia dikenal dengan nama tradisional yaitu "batu akik" atau "batu aji". Dalam dunia perdagangan istilah kerikil mulia ketika ini sudah mulai digunakan oleh masyarakat umum, baik itu sebagai materi komplemen ataupun asesoris.

Macam-macam Jenis Batu Mulia

Penamaan jenis kerikil mulia asalnya bermacam-macam, mulai dari nama batuan ataupun mineral (lihat disini pengertian mineral), nama ilmiah, nama perdagangan, hingga kepada nama tertentu yang biasanya muncul atas dasar pertimbangan warna, tekstur atau motif (pattem), kadang tergantung selera. Tetapi secara spesifik, kerikil mulia sanggup digolongkan kedalam tiga jenis, yaitu:
  1. Batu Permata (precious stones)
  2. Batu Setengah/semi permata (semi-precious stones)
  3. Batu Hias (ornamental stones)

Batu permata dan kerikil setengah permata umumnya digunakan sebagai perhiasan, sedangkan kerikil hias untuk dekorasi atau penambah keindahan. Satu-satunya instansi pemerintah yang khusus menangani pencarian kerikil mulia yaitu Seksi kerikil mulia pada Direktorat Sumberdaya Mineral, Sedangkan pemanfaatan dan pengolahan dalam membentuk model dan bentuk terdapat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Bandung, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, yang gres didirikan pada 1986.

 kerikil mulia mengandung pengertian sebagai semua jenis mineral dan batuan yang mempunyai si Jenis dan Macam macam Batu Mulia Menurut Ilmu Geologi
Gambar macam-macam kerikil mulia.

Sejarah Batu Mulia

Di Indonesia, jenis kerikil mulia yang telah lebih dahulu dikenal yaitu intan yang sudah ditambang atau digali oleh rakyat semenjak kala VI pada masa Pemerintah Hindia Belanda melalui perjuangan penggalian di Kalimantan Selatan sebagai perjuangan sampingan; sedangkan industri pengrajin kerikil mulia yang berada di kawasan Sukabumi, Jawa Barat telah beroperasi semenjak 1930.

Kemajuan industri pengolahan kerikil mulia mengalami peningkatan cukup pesat, ditandai dengan tumbuhnya pengrajin di banyak sekali kawasan terutama di kawasan yang berdekatan dengan lokasi sebaran kerikil mulia, yang perkembangannya dimulai semenjak awal tahun 1980-an. Dengan munculnya beberapa pengrajin kerikil mulia yang mulai nampak menyerupai di kawasan Sukabumi (Jawa Barat), Lampung, Jambi, Pacitan (Jawa Timur), dan Martapura (Kalimantan Selatan).

Atas prakarsa Departemen Perindustrian dan Perdagangan, remaja ini daerah-daerah tersebut menjadi pusat industri yang terdapat hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Untuk sanggup menunjukkan isu yang lebih terperinci dengan banyak sekali aspek ihwal perbatu muliaan, maka pada tahun 1980 dibuat organisasi Masyarakat Batu mulia Indonesia (MBI) yang berpusat di Bandung, Jawa Barat yang memelopori terbentuknya cabang-cabang di setiap propinsi di Indonesia.

Geologi Batu Mulia

Asal usul terbentuknya kerikil mulia tidak jauh berbeda dengan pembentukan batuan atau mineral secara umum. Pembentukan kerikil mulia sanggup terjadi melalui diferensiasi magma, metamorfosis, dan sedimentasi.

Asal Proses Diferensiasi Magma

Proses ini disebut juga sebagai proses pembentukan batuan beku, yaitu mengalirnya cairan magma ke permukaan bumi akhir terjadinya gerakan di bawah permukaan bumi yang mengakibatkan timbulnya retakan yang kemudian diisi oleh cairan magma dan membentuk jenis batuan atau mineral termasuk kerikil mulia. Perbedaan temperatur dan kontak dengan batuan sekelilingnya disertai dengan pembekuan dalam fase yang berbeda akan mempengaruhi pembentukan jenis batuan dan mineral.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa proses diferensiasi magma membentuk kerikil mulia sanggup dikategorikan sebagai berikut :
  1. Batu mulia bersuhu tinggi; misalnya intan, safir, ruby, peridotit, garnet, zirkon dan lain-lain
  2. Batu mulia pegmatis; misalnya zamrud, beril, krisoberil, safir, ruby, spinel, topas, turmalin, zirkon dan lain-lain
  3. Batu mulia pneumatis; misalnya turmalin, topas, feldspar dan lain-lain
  4. Batu mulia bersuhu rendah; misalnya kalsedon, agate, jasper, opal dan lain-lain.

Asal Proses Metamorfosis

Batu mulia yang terjadi lantaran proses metamorfosis diakibatkan oleh imbas suhu dan tekanan yang ditimbulkan oleh pembebanan sehingga mengubah batuan/mineral tersebut menjadi mineral dan batuan baru. Ada 3 jenis proses metamorfosis bergantung pada keadaan yang mendominasinya, yaitu:
  1. Metamorfosa kontak (termal): dominan dipengaruhi oleh faktor suhu. Perubahan berlangsung kalau panas yang ditimbulkan melalui kontak dengan batuan yang ada menyerupai batuan sedimen jenis batu kapur (murni) yang paling reaktif terhadap perubahan temperatur dan akan menjelma marmer. Batuan sedimen jenis batu pasir kuarsa yang mengalami proses metamorfosis kontak akan menjadikan rekristalisasi butiran, sehingga terbentuk kuarsit. Batuan yang mengandung lempung dan serpihan akan menjadi hornfels yang menghadirkan Al silikat.
  2. Metamorfosis dislokasi: terjadi pada temperatur rendah, serta imbas proses tektonik yang biasanya terdapat di sepanjang bidang patahan (lihat disini patahan lembang) dan tempat-tempat lemah lainnya di dalam kerak bumi. Beberapa jenis batuan hasil metamorfosis diskolasi antara lain genes, sekis dan serpih. Batuan beku yang mengalami proses metamorfosis dislokasi akan menghasilkan serpentinit dan amfibol.
  3. Metasomatisma: merupakan metamorfosis yang disebabkan oleh adanya imbas kimia dari batuan lain di sekitarnya. Proses metasomatisma ini mempengaruhi hampir seluruh permukaan dalam skala kecil maupun besar. Secara keseluruhan komposisi batuan sanggup berubah dan adakala terjadi penggantian tepat terhadap satu mineral saja tanpa kehilangan tekstur asal.

Asal Proses Sedimentasi

Batuan beku (lihat disini contoh batuan beku) dan metamorf yang muncul di permukaan bumi akan mengalami pelapukan akhir imbas air, udara dan organisme. Hancuran batuan dan lapukannya kemudian diangkut oleh air atau media lain (es, angin, imbas gravitasi) melalui sungai yang bermuara di laut, sehingga membentuk endapan danau dan endapan bahari yang dikenal dengan proses sedimentasi.

Selama proses transportasi, materi batuan mengalami tabrakan terus menerus hingga permukaannya menjadi lebih halus dan mempengaruhi bentuk serta ukuran butiran. Batuan yang lebih keras lebih sedikit mengalami tabrakan dibandingkan dengan batuan yang lunak. Semakin jauh transportasi batuan dari tempat asalnya, semakin bermacam-macam bentuk yang sanggup terjadi menyerupai menyudut, menyudut tanggung hingga membulat kemudian terjadilah pengendapan atau sedimentasi yang merupakan endapan sekunder dan disebut batuan sedimen. Beberapa jenis kerikil mulia yang terbentuk dengan proses sedimentasi ini ialah intan, safir, rubi, korundum dan beberapa jenis ametis.

Mineralogi Batu Mulia

Batu mulia jenis kerikil permata umumnya merupakan monomineral sedangkan jenis kerikil hias dan kerikil hias alami kebanyakan terdiri atas banyak sekali jenis batuan yang mempunyai kandungan beberapa jenis mineral termasuk di dalamnya jenis kerikil permata dan kerikil semi permata. Memasukkan jenis mineral kedalam kelompok kerikil mulia sebagai jenis kerikil permata dilihat dari pemanfaatan dan keindahannya sebagai mineral perhiasan, di samping karakteristik lainnya yaitu sifat kimia-fisika, warna, dan motifnya. Sebagai pola yaitu mineral intan yang dikenal sebagai kerikil intan atau kerikil permata, mempunyai tipe kelas tinggi yaitu bentuk ukuran besar, tidak mengandung mineral lain sebagai pengotor, tingkat kecerahan tinggi, dan berwarna cemerlang.

Jika mineral intan atau jenis kerikil permata lainnya berukuran halus dan terdapat dalam bongkah batuan sehingga tidak sanggup diambil untuk dimanfaatkan sebagai materi yang monomineral, maka tingkat penggolongannya dimasukkan ke dalam jenis kerikil hias atau kerikil hias alami, baik melalui proses pengolahan atau tidak melalui proses pengolahan apabila dilihat unsur seninya indah. Untuk memilih penjabaran atau tingkatan kerikil mulia dan proses pengembangan pengolahan serta pemanfaatannya, perlu dilakukan analisis laboratorium yang meliputi sifat kimia dan fisikanya.

Semakin tinggi tingkat kekerasannya akan semakin mahal nilai dan harganya, sedangkan kandungan komposisi unsur dan rumusan kimia diharapkan sebagai catatan tambahan secara keilmuan saja. Semakin tinggi nilai atau harga kerikil mulia, akan semakin selektif alat yang digunakan dan semakin tinggi kehati-hatian dalam pembuatan bentuk dan penerapan disainnya.

Analisis kerikil mulia di antaranya meliputi sifat optik, kekerasan, warna, komposisi kimia, berat jenis, dan jenis asosiasi mineral lain sebagai pengotor. Pada umumnya dilakukan dengan analisis mikroskopis, sedangkan untuk analisis berat jenis dilakukan dengan mencelupkan kerikil mulia ke dalam larutan dengan berat jenis tertentu, mengambang atau tenggelam. Untuk mengetahui kekerasan kerikil mulia dilakukan dengan membandingkannya terhadap mineral yang mempunyai kekerasan tertentu atau dengan memakai alat microhardness tester. Cara terakhir ini jarang dilakukan lantaran akan menggores kerikil mulia terutama kerikil permata.

Potensi dan Cadangan Batu Mulia

Ditinjau dari segi asal terjadinya, Indonesia mempunyai potensi sebaran kerikil mulia yang sangat bermacam-macam dan cukup besar, walaupun belum hingga kepada penentuan kualitas dan kuantitasnya. Di Pulau Sumatera, kerikil mulia banyak dijumpai di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. Di Pulau Jawa terdapat di sepanjang jalur cuilan selatan dan beberapa kawasan di cuilan tengah dan utara. Wilayah Sulawesi cuilan barat, tengah dan tenggara, Kepulauan Maluku mulai Pulau Morotai, Ambon dan pulau-pulau kecil lainnya serta Nusa Tenggara dimulai dari Pulau Sumbawa hingga Timor diperkirakan juga mengandung sumberdaya kerikil mulia.

Pulau Kalimantan yang merupakan daratan stabil, memungkinkan pembentukan kerikil mulia yang lebih baik dan dalam jumlah cukup besar, terutama Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Demikian pula dengan Pulau Papua yang mempunyai sebaran kerikil mulia terutama di kawasan utara, tengah hingga selatan serta jalur Tembagapura yang diperkirakan mengandung kerikil mulia cukup potensial.

Berdasarkan hasil survai geologi, hampir seluruh propinsi di Indonesia mempunyai endapan kerikil mulia walaupun belum terungkap secara rinci. Dari data yang dihasilkan, gres 15 propinsi yang potensi kerikil mulianya sangat besar. Sebagian lagi berupa endapan kerikil mulia yang belum dimanfaatkan untuk diolah ataupun diusahakan oleh penduduk atau pengrajin setempat.

Tambang Batu Mulia

Kegiatan penambangan banyak sekali jenis kerikil mulia hanya dilakukan oleh masyarakat setempat secara tradisional, kecil-kecilan, sederhana dan adakala bersifat perjuangan sampingan/sambilan. Hampir atau bahkan tidak ada sama sekali acara penambangan kerikil mulia berskala besar, memakai peralatan mekanis, dan ditekuni sebagai perjuangan tetap.

Tambang opal (kalimaya) di kawasan Kabupaten Lebak, Jawa Barat mungkin sanggup mendekati citra teknik penambangan yang baik, tetapi lantaran dikelola oleh rakyat kecil, masih tetap memerlukan pelatihan dalam problem lingkungan dan keselamatan kerja. Dengan memakai sistem tambang dalam (underground mining), para penambang opal masuk ke tambang melalui sumuran tegak (vertical shaff) yang berukuran 2x2 m2. Kedalaman maksimum sumuran yaitu 35 m. Jenjang (bench) kecil dibuat pada kedalaman tertentu (biasanya diubahsuaikan dengan panjang tangga yang terbuat dari bambu).

Untuk mengangkut batuan, digunakan seperangkat alat timba (kerekan, timba, tali karet) serta fondasi untuk menempatkan alat timba tersebut. Sementara untuk keperluan penambangan digunakan peralatan tradisional, menyerupai cangkul, linggis, pengki, golok atau pisau dan lampu petromak (sebagai alat penerangan di dalam sumur). Jika sumuran mengandung air, maka disediakan pompa air yang berkekuatan cukup besar. Omset penjualan opal ini, baik dalam bentuk mentah maupun setengah jadi (digosok agak kasar) sanggup mencapai jutaan rupiah per hari. Sebagai contoh, opal sebesar ibu jari ditawarkan dengan harga berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000.

Kini pencarian kerikil mulia sudah merambah ke kawasan yang lebih luas lagi, tidak saja di areal pesawahan atau kebun, tetapi juga dengan menelusuri sungai-sungai dan perbukitan. Faktor seruan yang semakin meningkat dan diikuti oleh harga yang terus membaik, sepertinya mendorong antusiasme masyarakat untuk mencari kerikil mulia. Namun mengingat penyebaran kerikil mulia tidak pernah merata (berbentuk lensa-lensa yang tidak beraturan), maka sulit bagi masyarakat untuk mendapat kerikil mulia secara kontinyu atau dalam jumlah besar.

Posting Komentar untuk "Jenis Dan Macam Macam Kerikil Mulia Berdasarkan Ilmu Geologi"