Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Geologi Busur Sumatera-Meratus

Busur Sumatera-Meratus merupakan busur kontinen yang memanjang pada ujung bab selatan Paparan Sunda dari utara Sumatera melewati ujung timur Jawa Barat menerus ke arah timur Kalimantan. Paparan Sunda bersifat kontinen masif dengan batuan dasar berumur Paleosen atau lebih bau tanah menerus ke arah utara melalui Semenanjung Malaysia ke arah Thailand, Myanmar, dan Indocina.

Baca juga: 15 Busur Magmatik di Indonesia

Paparan Sunda menjadi busur kontinen tunggal pada Akhir Trias atau Awal Yura. Pada Trias dan diperkirakan hingga Awal Yura terjadi tumbukan sepanjang lepas pantai timur bahari Sumatera ke arah Kalimantan dan kemungkinan melewati tengah Sumatera (Hamilton, 1979; Hutchison, 1989; Mitchell, 1992). Tumbukan secara pribadi maupun tidak pribadi menghasilkan jalur kaya timah di Asia Tenggara dan pembentukan jalur potensi emas mesothermal pada bab tengah Malaysia dan Thailand.

Sejak Yura Tengah hingga Akhir Kapur, tepian selatan Paparan Sunda diperkirakan merupakan margin kontinen yang pasif, di Sumatera ke arah barat dan Kalimantan ke arah utara, pada Akhir Kapur terjadi perputaran ke arah berlawanan jarum jam pada bab timur Paparan Sunda dan berarah jarum jam pada bab barat Paparan Sunda (Fuller dkk., 1991) terhadap posisi pada ketika ini.

Meratus merupakan busur kontinen yang memanjang pada ujung bab selatan Paparan Sunda da Geologi Busur Sumatera-Meratus
Gambar letak/posisi Busur Sumatera-Meratus.

Bagian busur oseanik berupa Grup Woyla pada bab barat Pulau Sumatera merupakan hasil proses pengangkatan ke arah selatan pada margin kontinen dari Paparan Sunda (Cameron dkk., 1980; Wajzer dkk., 1991). Kemungkinan ini terjadi pada Awal hingga Akhir Kapur. Busur batuan basa berarah utara mengalami tumbukan yang menyebabkan terbentuknya batuan ofiolit dan selanjutnya terangkat menempati bab dari tepian selatan Paparan Sunda, membentuk Grup Woyla pada bab utara Sumatera, batuan yang sama terdapat pada bab barat Sumatera Selatan, batuan ofiolit di Jawa bab baratdaya, Ofiolit Meratus dan Formasi Alino di Kalimantan bab tenggara. Kondisi yang seolah-olah terjadi sebelum Kapur Tengah dimana batuan basa dan ofiolit terangkat menempati tepian barat Paparan Sunda (Mitchell, 1992).


Bagian busur magmatik mulai mengalami proses pembalikan tektonik sesudah pembentukan Kelompok Woyla. Penunjaman ke arah utara menyebabkan pembentukan busur magmatik pada Awal Kapur hingga Akhir Kapur yang melampar melewati Pulau Sumatera (Cameron dkk., 1980; W. McCourt, 1991) dan Laut Jawa (Hutchison, 1989) terobosan-terobosan berasosiasi dengan Kelompok Batuan Volkanik Manunggal di Pegunungan Meratus (Sikumbang, 1990) di Sumatera, termasuk Pluton Ulai, Batolit Manunggal dan Batolit Sikuleh (Aspden dkk., 1982b; Aldiss dkk., 1983).

Intrusi-intrusi tersebut umumnya menerobos Grup Woyla, akan tetapi di Jalur Bukit Barisan Sumatera Selatan intrusi granit secara struktural menempati bab lebih rendah, pada Awal Mesozoik atau batuan lebih bau tanah dari batuan dasar kontinen. Batuan granitik tersebut melampar melewati bab barat Myanmar (Mitchell, 1992) dan kemungkinan ke arah barat melalui Batolit Gandise yang memiliki umur sama dengan batuan granitik yang ada di Tibet.


Berhentinya proses magmatik di Pulau Sumatera pada Akhir Kapur (W. McCourt, 1992) bertepatan dengan proses magmatisme yang terjadi di Myanmar bab barat, dimana terjadi proses deformasi dan pembentukan batuan bancuh yang mengindikasikan adanya busur kepulauan dengan tumbukan berarah timur laut.

Posting Komentar untuk "Geologi Busur Sumatera-Meratus"