Srm Dan Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit
SRM Nikel Laterit (Standard Reference Material) atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai Bahan Acuan Baku diperlukan untuk mengontrol kebenaran dari suatu metoda dan analisis mengecek presisi, akurasi, pengembangan metode analisis, training teknisi, verifikasi dan penilaian hasil analisis yang dikeluarkan oleh laboratorium. Salah satu upaya mewujudkan SRM (Standard Reference Material) yang tersertifikasi atau Certified Reference Material (CRM) sanggup dilakukan melalui Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit sehingga diperoleh hasil analisis yang lebih akurat dan selalu siap pakai.
Nikel laterit merupakan hasil pelapukan batuan ultrabasa pada permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi alasannya pergantian demam isu dalam waktu yang lama. Endapan bijih nikel laterit dihasilkan dari batuan ultrabasa yang mengalami proses pelapukan kimia. Umumnya endapan bijih nikel laterit tebal, dimana lapisan limonit yang kadar nikelnya relatif rendah menutupi lapisan serpentinit dan saprolit dengan kadar nikel yang tinggi.
Baca juga : Melakukan kontrol kualitas sampel nikel laterit
Tahapan Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit
Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit mencakup pemercontoan, preparasi conto di laboratorium, pengujian homogenitas, analisis kimia, pengolahan dan análisis data serta pembuatan akta hasil analisis. Tersedianya In-House Standard Nikel Laterit di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi diharapkan sanggup menjadi pembanding dalam pekerjaan rutin analisis nikel laterit. Agar sesuai dengan banyak sekali macam kadar conto yang dianalisis, dibuatlah beberapa jenis In-House Standard Nikel Laterit dengan kandungan Ni yang berbeda.
Pemercontoan dilakukan di kedua lapisan laterit nikel yaitu limonit dan saprolit masing-masing sebanyak kurang lebih 50 mewakili kandungan Ni sesuai dengan yang diharapkan (Ni < 1%, Ni < 2%, Ni > 2%). Analisis biasa dilakukan di laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan banyak sekali laboratorium lainnya. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menganalisis conto pola secara duplo dengan delapan pengulangan. Persentase kandungan Ni yang diperoleh dipakai sebagai parameter uji. Metoda uji homogenitas yang dipakai yaitu metoda Anova Single Factor. Jika hasil pengujian yang diperoleh mengatakan bahwa conto pola belum homogen maka proses pengadukan conto harus diulangi lagi.
Conto pola yang dianggap homogen kemudian dianalisis unsur-unsur Ni, Co, Mg, Fe, Cr, SiO2, Al2O3 dan CaO. Selain di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi (PMG), conto pola dianalisis juga di 8 (delapan) laboratorium lainnya yaitu Intertek, Corelab, Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (TEKMIRA), Pusat Survei Geologi, Pusat Lingkungan Geologi (PLG), Balai Besar Keramik (BBK) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Analisis data internal dari delapan kali pengulangan dihitung nilai rata-rata, standar deviasi dan presisi, penentuan presisi diadopsi dari Thompson (1973). Data yang dihasilkan digabungkan dengan delapan laboratorium lainnya untuk penentuan outlier dan inlier berdasarkan Pedoman BSN 224 yang diadopsi dari ISO/IEC Guide 43:1984. Kemudian data inlier diolah datanya untuk memilih nilai/kadar (assigned value) materi acuan. Tata laksana preparasi nikel laterit selengkapnya sanggup dilihat pada sketsa alir Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit berdasarkan Hartati & Davis, 1991.
Pemercontoan dilakukan di kedua lapisan laterit nikel yaitu limonit dan saprolit masing-masing sebanyak kurang lebih 50 mewakili kandungan Ni sesuai dengan yang diharapkan (Ni < 1%, Ni < 2%, Ni > 2%). Analisis biasa dilakukan di laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan banyak sekali laboratorium lainnya. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menganalisis conto pola secara duplo dengan delapan pengulangan. Persentase kandungan Ni yang diperoleh dipakai sebagai parameter uji. Metoda uji homogenitas yang dipakai yaitu metoda Anova Single Factor. Jika hasil pengujian yang diperoleh mengatakan bahwa conto pola belum homogen maka proses pengadukan conto harus diulangi lagi.
Conto pola yang dianggap homogen kemudian dianalisis unsur-unsur Ni, Co, Mg, Fe, Cr, SiO2, Al2O3 dan CaO. Selain di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi (PMG), conto pola dianalisis juga di 8 (delapan) laboratorium lainnya yaitu Intertek, Corelab, Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (TEKMIRA), Pusat Survei Geologi, Pusat Lingkungan Geologi (PLG), Balai Besar Keramik (BBK) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Metode Analisis Sampel Standard Nikel Laterit
Metoda analisis yang digunakan, di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi, untuk unsur-unsur Ni, Co, Fe, Cr, Mg yaitu dengan AAS dan pelarutan dengan HF/HClO4. Metoda pelarutan HF/HClO4 mengadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh R.D. Hartati & Ramdanah (1999). Penentuan SiO2, Al2O3 dan CaO dengan metoda spektrofotometri dan AAS. Conto dilebur dengan Flux (Li2B4O7 + LiBO2 ) didalam cawan grafit.
Analisis data internal dari delapan kali pengulangan dihitung nilai rata-rata, standar deviasi dan presisi, penentuan presisi diadopsi dari Thompson (1973). Data yang dihasilkan digabungkan dengan delapan laboratorium lainnya untuk penentuan outlier dan inlier berdasarkan Pedoman BSN 224 yang diadopsi dari ISO/IEC Guide 43:1984. Kemudian data inlier diolah datanya untuk memilih nilai/kadar (assigned value) materi acuan. Tata laksana preparasi nikel laterit selengkapnya sanggup dilihat pada sketsa alir Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit berdasarkan Hartati & Davis, 1991.
Bagan Alir Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit (Hartati & Davis, 1991) |
Posting Komentar untuk "Srm Dan Pembuatan In-House Standard Nikel Laterit"