Kepodang Kuduk Hitam Dan Sebuah Kenangan
Pengamatan di lereng merapi pagi ini saya bertemu dengan seekor burung kuning yang menjadi maskot jawa tengah, burung kepudang kuduk hitam namanya yang mempunyai nama latin Oriolus chinensis. Burung ini mempunyai ciri berupa badan kuning dengan paruh merah jambu dan kuduknya yang berwarna hitam. Burung yang berukuran agak besar ini pernah juga saya jumpai saat melaksanakan pengamatan di gunung Ungaran Semarang bertahun-tahun silam.
Ketika pengamatan tadi, awalnya saya hanya mendengar bunyi burung bernyanyi dari kejauahan. Sayup-sayup bunyi itu saya cari sumbernya dengan hati-hati biar burung tersebut tidak terganggu dengan kehadiran saya. Akhirnya sehabis cukup usang menengadahkan kepala untuk mencari sumber suara, saya temukan burung kuning yang eksklusif saya bidik dengan memakai binokuler. Benar dugaan saya itu yakni bunyi burung kepudang kuduk hitam yang dalam bahasa inggris disebut dengan black naped oriole.
Sejenak sehabis melihat burung itu, memori saya kembali ke masa 20 tahun silam saat saya masih kecil. Waktu itu kakek saya sering mengajak saya berjalan-jalan disekitaran desa, yang waktu itu masih asri dan banyak pohon rindang. Pernah suatu ketika, saya digendong dipunggung kakek atau istilah kerennya dicengklak, untuk berkeliling desa menyerupai biasanya. Ketika hingga di pinggir desa, saya melihat aneka macam burung berwarna kuning di pohon randu besar. Saya eksklusif tanya pada kakek : “manuk nopo niko mbah?”, kakek saya menjawab :”kae jenenge manuk podang”.
Itulah perkenalan awal saya dengan burung kepudang kuduk hitam, burung yang aneka macam di sekitar tempat tinggal saya. Tapi itu yakni kisah masa lalu, sekarang untuk melihat kepudang di alam sudah sangat sulit lantaran populasinya telah turun tajam. Bila dulu saya hanya perlu berjalan ke pinggir desa dan untuk melihat gerombolan kepudang, namun sekarang saya harus berjalan jauh ke lereng gunung merapi untuk menjumpai seekor kepudang.
Kepudng dijadikan maskot jawa tengah lantaran mempunyai badan yang berpengaruh dan warnanya yang indah. Tubuh kuatnya melambangkan kekuatan orang-orang jawa tengah, dan tubuhnya yang indah melambangkan baiknya tingkah laris masyarakatnya (yang bukan dari Jawa Tengah jangan tersinggung ya hehehe, ini hanya penafsiran berdasarkan saya sendiri). Kini burung kepudang kuduk hitam mempunyai persebaran yang sempit di hutan-hutan pegunungan dan kawasan pinggiran hutan yang masih asri.
Penurunan populasi kepudang mungkin disebabkan oleh berkurangnya habitat tepatnya tinggal dan perburuan terhadap jenis ini. Karena kecantikan tubuhnya, ia banyak diburu untuk dijual sebagai binatang peliharaan eksotis. Desakan ekonomi telah menggerakan banyak tangan tak bertanggung jawab untuk memburu, menangkap, dan menjualnya.
Kini..... populasi sang maskot telah berkurang tajam, yang tertinggal hanyalah gerombolan kenangan masa silam saat mereka sangat gampang ditemukan.
Ketika pengamatan tadi, awalnya saya hanya mendengar bunyi burung bernyanyi dari kejauahan. Sayup-sayup bunyi itu saya cari sumbernya dengan hati-hati biar burung tersebut tidak terganggu dengan kehadiran saya. Akhirnya sehabis cukup usang menengadahkan kepala untuk mencari sumber suara, saya temukan burung kuning yang eksklusif saya bidik dengan memakai binokuler. Benar dugaan saya itu yakni bunyi burung kepudang kuduk hitam yang dalam bahasa inggris disebut dengan black naped oriole.
Kepodang kuduk hitam |
Sejenak sehabis melihat burung itu, memori saya kembali ke masa 20 tahun silam saat saya masih kecil. Waktu itu kakek saya sering mengajak saya berjalan-jalan disekitaran desa, yang waktu itu masih asri dan banyak pohon rindang. Pernah suatu ketika, saya digendong dipunggung kakek atau istilah kerennya dicengklak, untuk berkeliling desa menyerupai biasanya. Ketika hingga di pinggir desa, saya melihat aneka macam burung berwarna kuning di pohon randu besar. Saya eksklusif tanya pada kakek : “manuk nopo niko mbah?”, kakek saya menjawab :”kae jenenge manuk podang”.
Itulah perkenalan awal saya dengan burung kepudang kuduk hitam, burung yang aneka macam di sekitar tempat tinggal saya. Tapi itu yakni kisah masa lalu, sekarang untuk melihat kepudang di alam sudah sangat sulit lantaran populasinya telah turun tajam. Bila dulu saya hanya perlu berjalan ke pinggir desa dan untuk melihat gerombolan kepudang, namun sekarang saya harus berjalan jauh ke lereng gunung merapi untuk menjumpai seekor kepudang.
Kepudng dijadikan maskot jawa tengah lantaran mempunyai badan yang berpengaruh dan warnanya yang indah. Tubuh kuatnya melambangkan kekuatan orang-orang jawa tengah, dan tubuhnya yang indah melambangkan baiknya tingkah laris masyarakatnya (yang bukan dari Jawa Tengah jangan tersinggung ya hehehe, ini hanya penafsiran berdasarkan saya sendiri). Kini burung kepudang kuduk hitam mempunyai persebaran yang sempit di hutan-hutan pegunungan dan kawasan pinggiran hutan yang masih asri.
Penurunan populasi kepudang mungkin disebabkan oleh berkurangnya habitat tepatnya tinggal dan perburuan terhadap jenis ini. Karena kecantikan tubuhnya, ia banyak diburu untuk dijual sebagai binatang peliharaan eksotis. Desakan ekonomi telah menggerakan banyak tangan tak bertanggung jawab untuk memburu, menangkap, dan menjualnya.
Kini..... populasi sang maskot telah berkurang tajam, yang tertinggal hanyalah gerombolan kenangan masa silam saat mereka sangat gampang ditemukan.
Posting Komentar untuk "Kepodang Kuduk Hitam Dan Sebuah Kenangan"