Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Unsur Radioaktif Di Indonesia Dijual Seharga Pasir Bangunan

Unsur radioaktif ibarat URANIUM DAN THORIUM terdapat dalam bentuk-bentuk primer ibarat contohnya Pegmatit dan Gang-gang bijih serta bentuk-bentuk sekunder berupa endapan sedimen. Batuan Pegmatit yaitu batuan berbutir bernafsu yang terbentuk pada fase terakhir pendinginan batuan Pluton, ibarat contohnya batuan Granit. Batuan Pegmatit biasanya mengandung Kuarsa dan Feldspar. Dalam hal ini, mineral-mineral Radioaktif  terdapat dalam batuan tersebut dalam bentuk lensa atau kantung.


Batuan Pegmatit yang patut diselidiki yaitu batuan yang terdapat pada atau erat batuan Granit yang relatif mengandung lebih banyak unsur Radioaktif. Bahan-bahan galian jenis Radioaktif biasanya ditemukan jauh sekali dari batuan induknya. Mineral ikutan yang biasanya ada dalam batuan granit yaitu pekblenda disertai dengan tembaga, kobalt, nikel, timah, bismuth dan lain sebagainya.

Di Cornwall, bijih Uranium  terdapat bersama dengan gang-gang yang mengandung Timah, sedangkan di Kanada di tempat Great Bear Lake terdapat bijih Uranium dalam gang-gang yang terbentuk bekerjasama dengan batuan Granit. Di Katanga (Afrika) Uranium terdapat bersama-sama dengan gang-gang bijih yang mengandung Tembaga dan Timah.

Di Indonesia sendiri, mineral radioaktif yang telah ditemukan yaitu Monazit dan Xenotim yang biasanya mengandung unsur Thorium. Mineral ini ditemukan dalam endapan-endapan Alluvial bersama dengan bijih Timah di Bangka, Belitung, pulau Berhala dan pulau Timah lainnya. Mineral primer Radioaktif ini ditemukan bersama batuan Granit, atau batuan asam lainnya, akan tetapi oleh proses pelapukan maka mineral-mineral Radioaktif ini akan terlepas dari batuan induknya dan diangkut ketempat yang lebih rendah dalam bentuk yang tidak berubah.

 ibarat URANIUM DAN THORIUM terdapat dalam bentuk Unsur Radioaktif di Indonesia dijual seharga Pasir Bangunan
mineral-mineral radioaktif.

Akibat hantaman gelombang contohnya maka mineral-mineral Silikat lainnya yang berat jenisnya lebih kecil akan tercuci sehingga menghasilkan konsentrasi/akumulasi dari mineral berat ibarat Monasit dan Xenotim. Seperti di India, Ceylon dan Brazilia, Monasit yaitu Fosfat dari Cerium yang biasanya mengandung Oksida Thorium, kadar tertingginya yaitu 16%. Di Asia Tenggara, Indonesialah yang merupakan satu-satunya negara penghasil Monasit dan Xenotim yang mengandung unsur Thorium (J.A.Katili & P.Marks “Geologi”,hal.116).


Dari kondisi dan sejarah geologi diatas sanggup disimpulkan bahwa pulau-pulau Timah dari kepulauan Riau hingga Kalimantan Barat, dimana pasir lautnya dijual ke Singapura (sudah jutaan Ton), tolong-menolong berpotensi menghasilkan mineral radioaktif. Tanpa disadari pemerintah indonesia telah menjual mineral radioaktif yang ikut bersama-sama dengan bijih Tembaga dengan harga ibarat dengan pasir bangunan.

Sudah berapa milliar ton bijih Tembaga diekspor oleh perusahaan Tembaga di indonesia tanpa mengetahui atau akal-akalan tidak tahu bahwa di dalamnya ada mineral radioaktif??. Ataukah mineral-mineral radioaktif tersebut hanya dianggap sebagai mineral ikutan/pengotor yang tidak diperhitungkan nilai ekonomisnya?!!.

Walaupun kita mempunyai Departemen/Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, tapi sesungguhnya kompetensi sumberdaya manusianyalah yang kita tidak punya. Kompetensi ini sangat penting untuk mengetahui/menyelidiki mineral radioaktif yang secara kasat mata terdapat didalam materi galian tersebut. Marilah kita cermati permasalahan ini.

Referensi:
Ir. Amirrusdi, MSi (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral)

Posting Komentar untuk "Unsur Radioaktif Di Indonesia Dijual Seharga Pasir Bangunan"