Mineralisasi Emas Pada Komplek Ofiolit
Mineralisasi Emas pada Komplek Ofiolit telah usang diperbincangkan dan dipertanyakan oleh para jago geologi. Buisson dan Leblanc (1986) menyatakan bahwa mineralisasi emas dalam batuan ultrabasa sanggup ditemukan pada jalur Archean Greenstone Belt. Dalam batuan ultrabasa tersebut ditemukan mineral ubahan antara lain ubahan karbonat (carbonate alteration), metasomatisme kalium-natrium (K-Na metasomatism), gerusan dan mineralisasi sulfida (shearing and sulphide mineralization). Fenomena alterasi dan mineralisasi yang sama sanggup ditemui dalam komplek ofiolit dengan keterjadian emas pada batuan ultrabasa yang terkarbonatisasi.
Ahli Geologi Uni Sovyet melaksanakan penelitian di Pegunungan Alpen pada batuan ultrabasa yang mengalami ubahan karbonasisasi menjadi batuan karbonat yang disebut liswanit. Pada umumnya batuan karbonat tersebut terbentuk dari Mg-Fe-Ca karbonat, dan kuarsa yang berasosiasi dengan serpentin, talk, Mg-klorit, fuchsite (Cr-muscovite), dan mineral bijih logam menyerupai hematit, magnetit, sulfida Fe-Ni atau Fe-Cu dan sisa krom – spinel. Lensa liswanit umumnya terletak di sepanjang kontak tektonik dan zona batuan karbonat-talk dalam ultrabasa terserpentinisasi. Untuk menyusun model mineralisasi emas liswanit ( genetic model for gold-bearing liswanites ). Buisson dan Leblanc (1986) menyidik endapan emas di Komplek Ofiolit Liguaria di Italia, komplek ultrabasa di paparan Saudi Arabia, dan Ophiolit Bou Azzer di Maroko Afrika Utara.
Dari mineralisasi emas yang terdapat pada batuan ultrabasa di Komplek Ofiolit Liguaria di Italia, komplek ultrabasa di paparan Saudi Arabia, dan Ophiolit Bou Azzer di Maroko Afrika Utara, diketahui bahwa sebaran mineralisasi emas sangat acak dalam batuan ubahan liswanit berbentuk lensa. Sebagian besar dari hasil analisis dari percontohan batuan menunjukkan ciri yang sama yakni mengandung emas antara 0,02 hingga dengan 0,1 ppm. Kadar emas pada batuan liswanit menawarkan pengayaan antara 5 hingga dengan 20 kali dari harga kandungan emas rata-rata dalam batuan ultrabasa (2 – 10 ppb). Demikian juga hasil dari referensi batuan samping liswanit, menunjukkan hubungan positif antara unsur emas dengan arsen. Selain As, unsur Ba, Sb, B, Bi, Ag, Cu juga berasosiasi dengan kadar emas tinggi sehingga sanggup dipakai untuk petunjuk zona mineralisasi. Konsentrasi emas dalam liswanit berafiliasi dengan sulfida dan arsen yang diangkut oleh sisa larutan hidrotermal yang mengandung belerang. Lensa liswanit terbentuk pada tahap tamat dari acara tektonik berupa serpentinisasi batuan peridotit mantel, yang merupakan bab dari sekuen batuan ofiolit.
Dari hasil kajian dari ketiga lokasi mineralisasi emas tersebut diatas, Buisson dan Leblanc (1986) mengusulkan genetic model for gold-bearing listwaenites (Gambar 2) yang menjelaskan bahwa :
Ahli Geologi Uni Sovyet melaksanakan penelitian di Pegunungan Alpen pada batuan ultrabasa yang mengalami ubahan karbonasisasi menjadi batuan karbonat yang disebut liswanit. Pada umumnya batuan karbonat tersebut terbentuk dari Mg-Fe-Ca karbonat, dan kuarsa yang berasosiasi dengan serpentin, talk, Mg-klorit, fuchsite (Cr-muscovite), dan mineral bijih logam menyerupai hematit, magnetit, sulfida Fe-Ni atau Fe-Cu dan sisa krom – spinel. Lensa liswanit umumnya terletak di sepanjang kontak tektonik dan zona batuan karbonat-talk dalam ultrabasa terserpentinisasi. Untuk menyusun model mineralisasi emas liswanit ( genetic model for gold-bearing liswanites ). Buisson dan Leblanc (1986) menyidik endapan emas di Komplek Ofiolit Liguaria di Italia, komplek ultrabasa di paparan Saudi Arabia, dan Ophiolit Bou Azzer di Maroko Afrika Utara.
Dari mineralisasi emas yang terdapat pada batuan ultrabasa di Komplek Ofiolit Liguaria di Italia, komplek ultrabasa di paparan Saudi Arabia, dan Ophiolit Bou Azzer di Maroko Afrika Utara, diketahui bahwa sebaran mineralisasi emas sangat acak dalam batuan ubahan liswanit berbentuk lensa. Sebagian besar dari hasil analisis dari percontohan batuan menunjukkan ciri yang sama yakni mengandung emas antara 0,02 hingga dengan 0,1 ppm. Kadar emas pada batuan liswanit menawarkan pengayaan antara 5 hingga dengan 20 kali dari harga kandungan emas rata-rata dalam batuan ultrabasa (2 – 10 ppb). Demikian juga hasil dari referensi batuan samping liswanit, menunjukkan hubungan positif antara unsur emas dengan arsen. Selain As, unsur Ba, Sb, B, Bi, Ag, Cu juga berasosiasi dengan kadar emas tinggi sehingga sanggup dipakai untuk petunjuk zona mineralisasi. Konsentrasi emas dalam liswanit berafiliasi dengan sulfida dan arsen yang diangkut oleh sisa larutan hidrotermal yang mengandung belerang. Lensa liswanit terbentuk pada tahap tamat dari acara tektonik berupa serpentinisasi batuan peridotit mantel, yang merupakan bab dari sekuen batuan ofiolit.
Dari hasil kajian dari ketiga lokasi mineralisasi emas tersebut diatas, Buisson dan Leblanc (1986) mengusulkan genetic model for gold-bearing listwaenites (Gambar 2) yang menjelaskan bahwa :
- Liswanit yaitu batuan karbonat dalam ultrabasa dari ofiolit yang merupakan areal sasaran eksplorasi emas. Genesa mineralisasi emas dan mineral ubahan yang terjadi serupa dengan yang ditemukan pada batuan karbonatit di jalur ultrabasa berumur Archean.
- Sumber utama emas yang berasosiasi dengan mineral sulfida, kromit, magnetit yaitu batuan ultrabasa yang terserpentinisasi. Kadar emas hemat terdapat pada urat kuarsa yang mengandung pirit, kadar unsur arsen yang tinggi.
- Model genetik mineralisasi emas liswanit dalam sekala besar berupa sistem hidrotermal terjadi pada tamat dari tectonic emplacement dan serpentinisasi dari ultrabasa, Au diperkaya oleh mineral opak dan diangkut dalam larutan thio-arsenic (CO 2 -S-As-Cl-Na-K-B) yang berafiliasi dengan proses serpentinisasi. Kontak tektonik berperan sebagai susukan dari larutan hidrotermal dalam proses karbonatisasi.
 |
| Gambar Model Genetik Mineralisasi Emas Dalam Komplek Ofiolit. |
Lalu bagaimana dengan di Indonesia ??
Indonesia mempunyai beberapa komplek ofiolit menyerupai yang ditemukan di Pegunungan Bobaris dan Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan, Tanah Grogot Kalimantan Timur, Bombana di Sulawesi Tenggara, dan Pegunungan Cycloops di Papua. Di Kawasan kompleks ofiolit tersebut banyak ditemukan mineralisasi yang muncul setempat-setempat dan secara terbatas ditemukan emas. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan mineralisasi emas yang berasosiasi dengan komplek ofiolit. Mineralisasi emas dalam ultrabasa masih belum diketahui secara luas alasannya belum dikaji secara intensif. Dibeberapa area komplek ofiolit di Indonesia pernah menjadi area Kontrak Karya Pertambangan Umum, sehingga data mineralisasi yang berkaitan dengan ofiolit sangat mempunyai kegunaan sebagai materi kajian semoga sanggup diperoleh penerapan model mineralisasi.
Baca juga artikel dibawah ini yang berkaitan dengan "Mineralisasi" :
Written by: Teuku Islah (Pusat Sumberdaya Geologi Bandung), Editor: Flyshgeost.
Posting Komentar untuk "Mineralisasi Emas Pada Komplek Ofiolit"