Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mineralisasi Dan Alterasi Pada Batuan Metamorf

Mineralisasi pada batuan metamorf sangat menarik untuk di investigasi. Komplesitas yang mempengaruhinya merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk memecahkan prosedur pembentukan dan keberadaanya. Banyak faktor yang berperan untuk menghasilkan mineralisasi yang bernilai hemat pada batuan metamorf, diantaranya ialah tektonik dan fasies metamorf itu sendiri. yang perlu digarisbawahi disini ialah apakah mineralisasi yang terjadi merupakan produk sebelum, bersamaan, ataukah setelah batuan metamorf itu terbentuk. Dibawah ini saya sajikan sebuah ringkasan hasil pemeriksaan lapangan yang di "compile" dengan beberapa teori, walaupun sangat singkat (mempertimbangkan privasi data perusahaan), dibutuhkan ini sanggup membantu kita dalam menganalisa mineralisasi yang bernilai hemat pada batuan metamorf (Orogenic Minerals Deposite).

Baca juga : Mineralisasi emas pada komplek ofiolit

Teori Mineralisasi pada Batuan Metamorf

Sabuk metamorfik ialah tempat kompleks dimana terdapat akresi dan kolisi dan melibatkan kerak benua. Proses tektonik yang terjadimerupakan skala litosferik, keterlibatan temperatur dan tekanan, dikarenakan oleh proses magmatik pada busur depan dengan asosiasi prisma akresi dan cekungan ekstensional pada bab busur belakang, deformasi dan metamorfosa umumnya berasosiasi dengan magmatisme granitoid plutonik, dan pengangkatan serta pengikisan yang diikuti pembentukan cekungan dimana material sedimen sanggup terakumulasi.

Endapan emas sanggup terbentuk pada banyak sekali tingkat dari evolusi orogenik, sehingga muncul sabuk metamorfik yang mengandung majemuk tipe endapan yang sanggup saling sejajar atau memotong. Groves et al. (2003) membedakan endapan emas yang terbentuk pada sabuk metamorfik selama proses orogen pada fase kompresi berdasar genesa dan bentuk geometri. Tipe-tipe endapan tersebut antara lain, endapan emas orogenik, endapan emas yang berasosiasi dengan intrusi, dan endapan emas yang berasosiasi dengan logam dasar.

Baca juga : Potensi endapan emas kelian di Indonesia

Mineralogi, Geokimia, dan Tatanan Tektonik

Keseluruhan Daerah penelitian memiliki litologi batuan metamorf yang terdiri atas Satuan Batuan Schist dan Satuan Batuan Gneiss. Batuan asal ini mengindikasikan telah terjadinya akresi dan koalisi yang melibatkan kerak benua akhir acara tektonik yang melibatkan temperatur dan tekanan pada skala litosferik.

Kodisi geologi di tempat penelitian yang tersusun atas batuan schist dan gneiss terbentuk akhir metamorfisme regional. Terdapat kontrol struktur yang berpengaruh terhadap proses mineralisasi dengan skala yang bervariasi. Struktur yang dijumpai di lapangan diantaranya :
  1. Patahan brittle hingga ductile dengan zona hancuran yang intensif akhir sesar regional, dan pergerakan bidang sesar geser
  2. Zona breksiasi pada batuan
  3. Zona foliasi, rekahan yang terbentuk akhir tekanan dan terisi oleh mineral silika
Berdasarkan kenampakan diatas serta banyak sekali aspek geologi yang mempengaruhinya maka bentuk mineralisasi di tempat penelitian ialah Veins Filling Faults. Bentukan mineralisasi ibarat ini sebetulnya sangat prospek terhadap cebakan emas, akan tetapi alasannya ialah keterdapatannya pada skala struktur yang lokal tingkat stadia tempat yang muda, serta intensif weathering pada batuan asal menyebabkan endapan emas sulit dijumpai.

Fasies Metamorf dan Alterasi Batuan Samping

Endapan emas pada batuan metamorf tentunya berkaitan dengan proses metamorfosa yang menghasilkan batuan metamorf. Endapan emas di tempat penelitian berasal dari batuan asal yang terbentuk alasannya ialah proses metamorfosa regional membentuk batuan metamorf Fasies Sekis Hijau, dimana derivite pelitiknya berasal dari batuan schist yang tercirikan oleh sekistositas alasannya ialah orientasi terpilih atau terarah dari mineral mika dan khlorit.

Baca juga : Sejarah dan potensi emas aluvial di Indonesia

Di tempat penelitian, batuan metamorf menunjukkan zonasi lateral pada fase alterasi dari proksimal yang mencapai skala endapan yang tidak terlalu luas. Alterasi yang sanggup terlihat di tempat penelitian ialah kloritisasi (lihat gambar 1b). Diperkirakan zona alterasi terbentuk pada fase awal zona sesar lokal dan dikontrol struktur skala besar (Sesar Kolaka). Kehadiran metasomatisme alkali menyebabkan proses serisitisasi sulit dijumpai. Kloritisasi Klorit muncul hadir gotong royong dengan kuarsa dalam bentuk kumpulan mineral. Perkembangan mineral klorit sanggup dihasilkan dari alterasi mineral mafik yang ada pada batuan asal atau dari magnesium dan besi yang ada sebelumnya.

Endapan emas di tempat penelitian kemungkinan dicirikan dengan sistem urat mayoritas kuarsa. Mineral mika dan klorit sering menjadi pengotor pada urat yang ditemukan pada batuan pembawa fasies sekis hijau. Oleh alasannya ialah dipengaruhi oleh struktur yang lokal maka sistem urat tidak terlihat pada dimensi yang besar sehingga keterdapatan cebakan emas juga hanya sedikit. Perbandingan emas dengan bijih yang terdapat pada urat dan pada batuan samping belum sanggup diperoleh, alasannya ialah belum dilakukan pengiriman sampel untuk analisa mineralogi. Berdasarkan megaskopis mineralogi sementara dari hasil sample stream dan "sample chips", menunjukkan adanya mineral berat ibarat Ilmenite, Chromite, Arsenopirit, Au, dan Pb.

Berdasarkan dari parameter diatas maka sanggup digolongkan bahwa tipe dari endapan emas di daaerah penelitian ialah Endapan Emas Orogenik Lokal yang terbentuk akhir kontrol metamorfosa regional terhadap struktur lokal. Berdasarkan dari fasies metamorfisme batuan pembawa emas maka zona endapan emas di tempat penelitian masuk dalam zona Mesozonal pada kedalaman 6-12 Km dengan temperatur 300-475 C (lihat gambar 1d).

 Komplesitas yang mempengaruhinya merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk memecahkan m Mineralisasi dan Alterasi pada Batuan Metamorf
Gambar 1. Penyelidikan endapan emas orogenik, (a) foliasi schist, (b) batuan fasies sekis hijau,
(c) pan concentrate, (c) zona endapan emas orogenik, Gebre Mariam et al, 1995).

Berdasarkan dari hasil survey potensi emas metamorfik di tempat penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
  1. Litologi penyusun tempat penelitian terbagi atas 2 satuan batuan yaitu Satuan Batuan Schist dan Satuan Batuan Gneiss. Struktur Geologi yang berkembang di tempat penelitian terdiri atas Struktur Sesar Normal, Sesar Geser, dan Lipatan.
  2. Ditemukan zona mineralisasi hanya pada tempat sepanjang sesar geser dengan arah relatif tenggara barat laut, sepanjang sungai X. Secara megaskopis hasil sample stream sedimen dan "sample chips", endapan emas terlihat dalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. Mineral yang terlihat diantaranya ialah Ilmenite, Chromite, Arsenopirit, Au, dan Pb.
  3. Tipe endapan emas yang dijumpai merupakan Endapan Emas Orogenik Lokal yang terbentuk akhir kontrol metamorfosa regional terhadap struktur lokal (Sesar Geser). Fasies metamorfik yang terjadi tergolong dalam fasies sekis hijau dimana berada pada zona ”mesozonal” dengan kedalaman 6-12 Km dengan temperatur 300-475 C. Alterasi batuan samping yang sanggup terlihat di tempat penelitian hanya berupa kloritisasi. Kloritisasi hadir gotong royong dengan kuarsa dalam bentuk kumpulan mineral.
    Secara umum potensi emas pada tempat ini kurang prospek untuk dilakukan pengcoveran wilayah IUP, hal ini dikarenakan tipe emas ibarat ini cenderung memiliki deposit yang anggun pada kontrol struktur yang regional. Sedangkan di tempat penelitian kontrol struktur yang terjadi hanya bersifat lokal. Untuk prospek tambang berskala menengah hingga tinggi, lahan ini tidak di rekomendasikan. Perlu dilakukan pencarian lahan yang sekiranya lebih bersahabat dengan jalur stuktur regional dengan jenis batuan metamorf yang bertekstur schistose, dimana keduanya ini sangat menghipnotis keterdapatan endapan emas metamorfik yang lebih prospek.

      Posting Komentar untuk "Mineralisasi Dan Alterasi Pada Batuan Metamorf"