Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Batugamping Terumbu (Kerangka)

Apa itu Batugamping Terumbu?

Batu gamping terumbu adalah sebuah bentuk struktur organisme yang dibuat oleh koloni organisme, tahan terhadap gelombang, dan mempunyai relief topografi di atas pengendapan sedimen yang ada di sekelilingnya. Batu gamping terumbu sering disebut juga sebagai batugamping kerangka. Kunci dari mempelajari jenis batugamping ini yaitu pada perkembangan terumbu, koloni organismenya, dan lingkungan pembentukannya.

Terumbu mempunyai potensi ekologi untuk membentuk kerangka yang  kokoh, jadi terumbu yang dimaksudkan disini bukan merupakan hasil akumulasi hancuran kerangka, sebab akumulasi hancuran kerangka pada umumnya mengacu kepada pembentukan batugamping bioklastik (baca pembahasan geologinesia sebelumnya mengenai jenis-jenis batugamping).


Terdapat beberapa bentuk struktur koloni organisme yang dikenal dan masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda, yaitu:
1. Bank
2. Bioherm
3. Biostrome
4. Reef

Bank adalah akumulasi kerangka dan cangkang yang dibuat oleh organisme, akan tetapi tidak mempunyai potensi ekologi untuk tumbuh tegak dan membentuk struktur yang tahan gelombang (Nelson, 1960).

Bioherm adalah suatu struktur yang dibuat oleh bangunan kerangka organisme (Cummings & Shrock, 1928). Cummings (1930) menunjukkan batasan pengertian untuk bioherm, yakni suatu bentuk yang mirip kubah, tonjolan bukit kecil, lensa, ataupun bentuk lain yang penyebarannya terbatas, dibangun seluruhnya atau terutama oleh organisme mirip koral, stromatoporoid, algae, brachiopoda, moluska, dan organisme lain yang dikelilingi oleh litologi yang berbeda.

Pada tahun 1952 Cummings menunjukkan definisi untuk bioherm lebih singkat tetapi mengandung pengertian lebih luas, yakni bioherm merupakan terumbu, bukit kecil, lensa atau yang serupa, mempunyai struktur penyebaran terbatas, terbentuk dari kerangka dan cangkang organisme keras, serta terikat pada litologi yang berbeda.

Biostrom adalah struktur batugamping yang berlapis sebagai shell-beds, crinoid-beds, coral-beds yang merupakan hasil akumulasi sisa organisme yang belum terangkut dan tidak membentuk bukit atau lensa (Cummings, 1932).

Sedangkan Reef adalah hasil aktifitas membangun dari suatu ikatan sedimen biotik tertentu (Lowenston, 1950). Reef mempunyai potensi tahan gelombang, sehingga bisa untuk tumbuh tegak membentuk struktur topografi yang tahan terhadap gelombang.


Kita kembali kepada pengertian mengenai batugamping terumbu. Terumbu berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Atol
Atol yakni batugamping terumbu/kerangka yang diendapkan di maritim yang lembap jernih, banyak sinar matahari, dengan kedalaman maksimal 60 m, dan kondisi maritim yang bergelombang. Bentuk atol umumnya agak melingkar, shingga membentuk laguna dan seringkali terdapat celah-celah yang luas di sekitar terumbu.

2. Terumbu Menepi (Fringing Reef)
Terumbu Menepi (Fringing Reef) yakni terumbu dengan bentuk kecil yang membatasi pulau dan pantai benua. Terumbu ini terletak bersahabat pantai yang hanya dipisahkan oleh akses sempit lembap dangkal. Permukaan serpihan atasnya berada pada posisi pasang rendah.

3. Terumbu Penghalang
Jenis terumbu ini terletak di lepas pantai benua dan pulau, umumnya terletak lebih jauh dari pantai apabila dibandingkan dengan terumbu menepi. Umumnya pada terumbu penghalang terdapat retakan dan terbuka akhir aktifitas air pasang, sehingga membentuk laguna yang relatif dalam diantara pantai dan terumbu penghalang. Terumbu penghalang umumnya mempunyai ketinggian kurang dari 3 meter.

 sebuah bentuk struktur organisme yang dibuat oleh koloni organisme Mengenal Batugamping Terumbu (Kerangka)
Gambar macam-macam jenis terumbu.

Disamping ketiga jenis terumbu di atas, beberapa andal geologi menambahkan beberapa macam terumbu yang mempunyai ciri yang berbeda satu dengan lainnya. Tayama (1935) menunjukkan nama "table reef" untuk suatu bentuk terumbu yang relatif kecil dan terisolir, dengan atau tanpa pulau yang tidak mempunyai laguna. Shepard (1948) menunjukkan nama "pinnacle" untuk pertumbuhan terumbu yang terjal ke atas.

Menurut Lahee (1961), table reef erat kaitannya atau bahkan mirip dengan pinnacle. Henson (1950) didalam pembahasannya mengenai terumbu di Timur Tengah menciptakan penggolongan terumbu menjadi beberapa macam, antara lain: bank reef dan shoal reef. Bank reef yakni penamaan untuk pertumbuhan terumbu yang besar dengan bentuk tidak teratur, tumbuh di atas dasar yang karam oleh tanda-tanda tektonik, dan dikelilingi oleh air dalam.

Sedangkan shoal reef yakni penamaan untuk suatu deretan yang terdiri dari pertumbuhan tak teratur dari beberapa terumbu di tempat shoal di tengah-tengah hancuran gampingan (calcareous debris). Shoal reef sanggup berkembang secara lokal atau berpencar dalam kondisi air jernih.

Pembentukan Terumbu

Organisme utama pembentuk terumbu adalah: bioklas atau fragmen-fragmen lainnya, mirip foraminifera terutama foram besar dan moluska yang biasanya merupakan kerangka tersendiri mirip Ostrea; Bryzoa; Crinoid, terutama pada Paleozoik (Devon); Ganggang antara lain Halimeda (termasuk family Codicea) dan Lithothamnism (termasuk Corallinaceae), Lithophyllum, Coniophyllum, Penicillus (Codideae), Acialaria dan Meomen (Pascycladoceae, Amphiro), yang umumnya merupakan ganggang yang mempunyai struktur berlapis halus,  berombak,  dan sebagai pengikat atau mengisi kerangka organisme. Organisme penyusun utama koral adalah: porites, meandrina, acropora, siderastrea, dan rudits (lamellibranches, terutama pada zaman Kapur).


Terumbu tumbuh di lingkungan maritim yang tidak begitu dalam, lembap jernih sehingga sinar matahari sanggup menembus kedalaman laut. Batas kedalaman dimana terumbu sanggup tumbuh tergantung turbulensi air dan banyaknya plankton atau material mengambang lain yang mempengaruhi dalamnya penetrasi sinar matahari.

Kedalaman yang umum yakni berkisar antara 50 m sampai 65 m, tetapi pada air maritim yang sangat jernih ditemukan kehidupan terumbu pada kedalaman sampai 450 m. Sartono (1954) menyatakan bahwa terumbu sanggup tumbuh subur pada kedalaman 40 m sampai 45 m dari permukaan air laut.

Suhu air maritim dimana terumbu sanggup hidup dan tumbuh harus hangat, suhu terendah berkisar 18 derajad celcius, dan dilarang lebih dari 30 derajad celcius. Sedangkan kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan terumbu yakni berkisar antara 25 - 29 derajad celcius. Kadar garam air maritim normal merupakan kondisi yang menunjang pertumbuhan reef. Kadar garam yang baik untuk pertumbuhan terumbu yakni berkisar antara 35 - 38 %.

Sirkulasi atau agitasi air sangat diperlukan, sebab koral yang umumnya sebagai organisme utama pembentuk terumbu makanannya tergantung pada arus air maritim yang membawa plankton. Jumlah oksigen dalam air maritim dipengaruhi oleh sirkulasi air atau ombak.

Pertumbuhan terumbu memerlukan batuan dasar yang kokoh dan tidak berlumpur. Kuenen (1933) dan Umbgrove (1947) menyebutkan bahwa bioherm sanggup memulai pertumbuhannya pada lantai dasar yang stabil, berlumpur, dan lunak. Adanya perubahan permukaan air maritim juga kuat terhadap pertumbuhan suatu terumbu.


Konsep transgresi dan regresi suatu terumbu intinya membentuk rujukan pertumbuhan dan migrasi organisme pembentuk terumbu selaras dengan berubahnya permukaan air laut. Keadaan ini mengakibatkan munculnya pertumbuhan terumbu secara berulang dari tipe terumbu genang maritim dan terumbu susut maritim dengan ciri-ciri yang berbeda.

Posting Komentar untuk "Mengenal Batugamping Terumbu (Kerangka)"