Geologi Regional Cekungan Barito ; Fisiografi, Stratigrafi, Struktur, Dan Sejarah Geologinya
Fisiografi Cekungan Barito
Pulau Kalimantan terletak di sebelah tenggara lempeng Eurasia, sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur berbatasan dengan sabuk aktif Filipina, dan sebelah selatan berbatasan dengan Busur Banda dan Sunda, serta bab barat berbatasan dengan Paparan Sunda dan Semenanjung Malaya.Cekungan Barito merupakan cekungan berumur Tersier yang terletak di bab tenggara Schwaner Shield di tempat Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi Pegunungan Meratus pada bab timur dan pada bab utaranya berbatasan dengan Cekungan Kutai. Cekungan Barito pada bab selatan dibatasi Laut Jawa dan bab barat dibatasi oleh Paparan Sunda (Kusuma dan Nafi, 1986).
Baca juga : Geologi Pulau Misool Papua Barat
Cekungan Barito termasuk didalamnya Meratus Range yang dicirikan dengan endapan berumur Paleogen yang terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat, serpih, batulempung, lapisan batubara dan pada bab atasnya berupa napal dan batugamping yang telah mengalami perlipatan dan pensesaran secara intensif pada kiamat Tersier (Van Bemmelen, 1949).
Formasi Tanjung berumur Eosen. Formasi Tanjung memiliki ketebalan 1300 m dengan lingkungan pengendapan paralik – delta – maritim dangkal. Formasi Tanjung pertama kali ditemukan di kampung Tanjung, penyebarannya mencakup tempat Kambitu, Tanjung, Panaan dan Manunggal di tempat Tanjung Raya. Fosil penunjuk Formasi Tanjung ialah Discocyclina sp, Nummulites djogjakartae, Nummulites pengaronensis dan Sigmoilina personata.
Formasi Berai berumur Oligosen – Miosen Awal. Formasi Berai memiliki ketebalan 1250 m dengan lingkungan pengendapannya laguna dan maritim dangkal. Formasi Berai pertama kali ditemukan di Gunung Berai dan penyebarannya mencakup seluruh tempat Cekungan Barito. Fosil penunjuk Formasi Berai ialah Heterosgina borneoensis, Nummulites fichtel, dan Spyroclypeus leupoldi.
Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini memiliki ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik - delta. Formasi Warukin pertama kali ditemukan di desa Warukin, Tanjung Raya Kalimantan Selatan. Penyebaran deretan ini mencakup seluruh Cekungan Barito. Fosil penunjuk Heterosgina sp, Lepidocyclina sp dan Spyroclypeus leupoldi.
Baca juga : Geologi Pulau Waigeo Papua Barat
Stratigrafi Cekungan Barito
Secara umum sedimentasi di Cekungan Barito merupakan suatu daur lengkap sedimentasi yang terdiri dari seri transgresi dan regresi. Fase transgresi terjadi pada kala Eosen – Miosen Awal dan disertai dengan pengendapan Formasi Tanjung dan Berai, sedangkan fase regresi berlangsung pada kala Miosen Tengah hingga Pliosen bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin dan Dahor ( Kusuma dan Nafi, 1986). Menurut Sikumbang dan Heryanto (1987), urutan stratigrafi Cekungan Barito dari bau tanah ke muda ialah sebagai berikut :Batuan Alas
Batuan bantalan ini berumur pra - Tersier dan merupakan batuan dasar dari batuan-batuan Tersier. Komposisinya terdiri dari beberapa batuan, yaitu lava andesit, batugamping klastik dan konglomerat polimik.Formasi Tanjung
Formasi Tanjung diendapkan secara tidak selaras di atas batuan pra–Tersier. Formasi ini dibagi menjadi dua anggota, dari bau tanah ke muda yaitu:- Tanjung Bawah, terdiri dari konglomerat, batupasir, batubara sebagai hasil endapan pantai–paralik.
- Tanjung Atas, terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping fosilan yang merupakan endapan maritim dangkal.
Formasi Tanjung berumur Eosen. Formasi Tanjung memiliki ketebalan 1300 m dengan lingkungan pengendapan paralik – delta – maritim dangkal. Formasi Tanjung pertama kali ditemukan di kampung Tanjung, penyebarannya mencakup tempat Kambitu, Tanjung, Panaan dan Manunggal di tempat Tanjung Raya. Fosil penunjuk Formasi Tanjung ialah Discocyclina sp, Nummulites djogjakartae, Nummulites pengaronensis dan Sigmoilina personata.
Formasi Berai
Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi Berai dibagi menjadi tiga anggota, dari bau tanah ke muda yaitu:- Berai Bawah, merupakan selang-seling batugamping, batulempung dan napal.
- Berai Tengah, merupakan batugamping masif.
- Berai Atas, merupakan selang-seling serpih, batulanau dan batugamping dengan sisipan tipis batubara.
Formasi Berai berumur Oligosen – Miosen Awal. Formasi Berai memiliki ketebalan 1250 m dengan lingkungan pengendapannya laguna dan maritim dangkal. Formasi Berai pertama kali ditemukan di Gunung Berai dan penyebarannya mencakup seluruh tempat Cekungan Barito. Fosil penunjuk Formasi Berai ialah Heterosgina borneoensis, Nummulites fichtel, dan Spyroclypeus leupoldi.
Formasi Warukin
Formasi Warukin terletak selaras di atas Formasi Berai. Formasi Warukin terdiri dari tiga anggota, dari bau tanah ke muda yaitu:- Warukin Bawah, merupakan selang-seling napal, batugamping, serpih, dan serpih gampingan.
- Warukin Tengah, terdiri dari napal, lanau, lempung dan lapisan pasir tipis dengan sisipan batubara.
- Warukin Atas, terdiri dari batubara dengan sisipan lempung karbonat dan batupasir.
Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini memiliki ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik - delta. Formasi Warukin pertama kali ditemukan di desa Warukin, Tanjung Raya Kalimantan Selatan. Penyebaran deretan ini mencakup seluruh Cekungan Barito. Fosil penunjuk Heterosgina sp, Lepidocyclina sp dan Spyroclypeus leupoldi.
Formasi Dahor
Formasi Dahor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin. Formasi ini tersusun oleh batupasir kuarsa putih kurang padat, sebagian berupa pasir lepas, bersisipan lempung, lanau abu-abu, lignit dan limonit. Di beberapa lokasi ditemukan sisipan kerakal kuarsa, kerakal batuan beku bersifat granitis dan batuan metasedimen. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen dengan lingkungan pengendapan paralik. Formasi ini memiliki ketebalan 300 m. Formasi Dahor pertama kali ditemukan di kampung Dahor dan penyebarannya ke arah timur dan barat. Susunan stratigrafi Cekungan Barito secara keseluruhan sanggup dilihat pada gambar dibawah (kanan).Baca juga : Geologi Pulau Waigeo Papua Barat
Gambar (kiri) Tectonic Setting Kalimantan, (kanan) Kolom Stratigrafi Cekungan Barito (Satyana et al,1999 dalam Darman dan Sidi, 2000, modifikasi). |
Struktur Geologi Cekungan Barito
Tektonik Cekungan Barito merupakan bab dari konfigurasi tektonik Kalimantan yang terdiri dari gaya regangan pada selesai Kapur – awal Miosen (fase syn and post-rifting) dan gaya tekanan pada Plio – Plistosen yang menghasilkan struktur patahan dan lipatan. Struktur yang berkembang dalam pembentukan Cekungan Barito ada 2 jenis :- Tensional, sinistral shear, dengan arah relatif barat laut- tenggara (NW – SE).
- Transpesional, merupakan konvergen sehingga mengalami uplift, dan kemudian mengalami reaktifasi dan mengalami invert struktur yang tua, sehingga menghasilkan wrenching, pensesaran, dan perlipatan.
Setting tektonik secara umum terjadi pada arah timur maritim (NNE) Cekungan Barito, dengan struktur yang intensif berarah sejajar barat daya – timur maritim (SSW-NNE) membentuk struktur lipatan mengelilingi pegunungan Meratus dan dipengaruhi oleh sesar naik dengan dip yang curam. Adanya sesar wrench utama, menawarkan adanya indikasi drag atau sesar pada lipatan dan bekas sesar naik. Pada bab barat dan selatan Cekungan Barito umumnya sedikit dikontrol oleh tektonik lempeng sehingga tidak menawarkan bentuk deformasi struktur (Darman dan Sidi, 2000).
Dengan demikian struktur geologi regional secara umum yang terdapat di Cekungan Barito ialah lipatan dan patahan yang terjadi pada batuan Tersier. Lipatan pada umumnya berarah timurlaut – barat daya. Sesar yang terdapat di tempat ini berarah barat maritim – tenggara dan timur maritim – barat daya. Sesar yang ada berupa sesar naik dan sesar geser.
Sejarah Geologi Cekungan Barito
Cekungan Barito ialah cekungan asimetri, terbentuk di tempat foredeep pada bab timur dan sebuah platform berdekatan dengan Schwaner atau Shield Kalimantan Barat. Cekungan Barito mulai terbentuk pada selesai Kapur, bersamaan dengan tumbukan antara Paternosfer dengan SW Borneo microcontinent (Satyana, 1999 dalam Darman dan Sidi, 2000).Pada awal zaman Tersier terjadi deformasi sebagai tanggapan dari insiden tektonik oblique convergence dengan arah barat maritim – tenggara (NW – SE). Kemudian terbentuk rekahan dan menjelma accomodation space untuk sedimen produk alluvial fan dan lakustrin yang merupakan anggota Formasi Tanjung bawah. Pada awal pertengahan Eosen, sebagai hasil selesai dari transgresi, rift atau rekahan tersebut menjelma fluviodeltaic dan pada kesannya menjadi lingkungan marine, yang seluruhnya merupakan hasil transgresi selama proses deposisi Formasi Tanjung bab tengah. Pada Kala awal Oligosen-Eosen selesai terjadi transgresi, sehingga terjadi genang laut. Akibatnya diendapkan shale marine dari bab Formasi Tanjung bab atas.
Setelah terjadi regresi pada pertengahan Oligosen, Cekungan Barito mengalami sagging, alasannya ialah terjadi transgresi lagi. Pada Kala Oligosen akhir, terjadi pengendapan platform carbonate, merupakan anggota Formasi Berai. Sedimen karbonat kemudian mengalami deposisi lagi pada kala awal Miosen, dikala deposisi berakhir, material sedimen klastik mengalami deposisi dari bab barat.
Selama Miosen, terjadi sea level drop hingga kemudian Schwaner Core dan Pegunungan Meratus mengalami uplift. Material sedimen klastik berasal dari proses deposisi ke arah bab timur, dan progadasi sedimen produk dari delta yang merupakan anggota Formasi Warukin. Pada Miosen akhir, Pegunungan Meratus muncul kembali, diikuti oleh adanya insiden penurunan cekungan (subsidence) sehingga terjadi proses deposisi sedimen, yang merupakan Formasi Warukin. Pegunungan Meratus kemudian mengalami uplift lagi hingga kala Pleistosen, dan diendapkan produk batuan sedimen molasic-deltaic, merupakan Formasi Dahor pada kala Pliosen. Proses tektonik dan deposisi tetap berlangsung hingga kini (Darman dan Sidi, 2000).
Referensi : Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol.1A, 2nd, Batavia, Netherland, 732 hal. Kusuma, M.I., dan Nafi, A.N., 1986, Prospek hidrokarbon Formasi Warukin di Cekungan Barito Kalimantan, Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan XIV IAGI, Jakarta, hal 105-124. Darman, H., dan Sidi, F.H., 2000, An Outline Of The Geology Of Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Jakarta, 181 hal. Sikumbang, N. dan Heryanto, R., 1987, Laporan Geologi Lembar Banjarmasin Kalimantan Selatan, Proyek Pemetaan Geologi dan Interpretasi Foto Udara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Posting Komentar untuk "Geologi Regional Cekungan Barito ; Fisiografi, Stratigrafi, Struktur, Dan Sejarah Geologinya"