Bauksit Laterit Dan Proses Pembentukannya
Baca Juga : Karakteristik dan Pelaporan Bauksit di Indonesia
Batuan Asal dan Proses Terbentuknya Bauksit
Batuan menyerupai nepheline, syenite, granidorite, dan lain-lain, ialah batuan yang cocok untuk membentuk mineral aluminium hidrat. Batuan asal tersebut selanjutnya akan mendapat proses lateritisasi lantaran proses perubahan temperatur secara terus menerus, sehingga pada kondisi ini batuan akan gampang lapuk dan hancur. Pada animo hujan, air akan dan membawa elemen yang gampang larut, tetapi untuk elemen yang tidak larut akan tinggal di batuan yang selanjutnya membentuk residu, bila residu tersebut kaya aluminium maka inilah yang disebut bauksit laterit. Proses pengendapan bauksit membutuhkan kawasan yang stabil, dimana proses pengikisan vertikal tidak aktif lagi. Kondisi ini biasanya terjadi di kawasan "peneplain", tetapi tetap harus memerlukan sirkulasi air tanah untuk mengangkut elemen tersebut.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bauksit
Beberapa faktor yang menghipnotis pengendapan bauksit menyerupai yang disebutkan oleh Alcomin (1974), ialah sebagai berikut:
- Sumber batuan yang kaya akan unsur-unsur Al.
- Wilayah Sub tropis dengan lingkungan penguapan yang tinggi.
- Suhu harian rata-rata >25ºC.
- Topografi bergelombang.
- Daerah Stabil (old continental/stadium tua).
- Formasi batuan yang berada diatas mata air permanen.
Beberapa faktor eksternal juga sanggup mempercepat proses pelapukan menyerupai struktur geologi, frekuensi curah hujan dan suhu harian yang tinggi (daerah subtropis), dan juga asam organik. Yang terakhir ini berasal dari tanaman yang akan menurunkan pH tanah menjadi <4. Pada pH <4 dan pH>9 elemen Al2O3 akan dilepaskan, tetapi SiO2 hanya akan terlepas pada pH> 9 - pH 10. Karena pH normal air tanah ialah 7 maka pada kedalaman tertentu akan terjadi pelepasan Al2O3 dan SiO2, hal ini sudah tentu terkait dengan topografi yaitu pada kondisi slope yang pendek.
Unsur-unsur lain menyerupai Ca, Na, K dan Mg akan diangkut oleh air tanah melalui sistem drainase pada kawasan rendah ke kawasan yang cekung. Sedimentasi residu Al2O3SiO3 dan garam Fe pada pH antara 4 dan 9 disebabkan oleh normalisasi pH tanah pada kedalaman tertentu. Pada kondisi pH 4-9, silika dari feldspar alkali akan bercampur dengan air (H2O) membentuk silikat alumina hidrat dengan Al2O3 SiO3 dan H2O.
Unsur-unsur lain menyerupai Ca, Na, K dan Mg akan diangkut oleh air tanah melalui sistem drainase pada kawasan rendah ke kawasan yang cekung. Sedimentasi residu Al2O3SiO3 dan garam Fe pada pH antara 4 dan 9 disebabkan oleh normalisasi pH tanah pada kedalaman tertentu. Pada kondisi pH 4-9, silika dari feldspar alkali akan bercampur dengan air (H2O) membentuk silikat alumina hidrat dengan Al2O3 SiO3 dan H2O.
Baca juga : Pemurnian Bijih Bauksit Proses Bayer
Di kawasan subtropis, dekomposisi dari kombinasi silikat akan berjalan lebih cepat sehingga akumulasi dari oksida besi dan aluminium akan membentuk kongkresi bauksit. Bentuk variasi dari kongkresi diantaranya ialah sub-rounded, tabular, memperlihatkan bentuk anhedral dalam matriks lempung, serta terkadang berupa lempung pasiran. Transportasi elemen terlarut dan sedimentasi residu sangat dipengaruhi oleh topografi. Di kawasan dengan morfologi gelombang rendah dan stadium bau tanah akan menghasilkan sirkulasi air tanah yang baik sebagai media transportasi elemen, tetapi dengan syarat pengikisan vertikal tidak terjadi lagi. Jensen dan Bateman, 1981 menjelaskan bahwa bauksit terbentuk sebagai sisa sedimentasi pada atau bersahabat permukaan. Sedimentasi terbentuk dari hasil akumulasi mineral aluminium silikat yang bebas massa kuarsa. Dalam proses konsentrasi tersebut, terjadi perubahan volume sampai konsentrasi mencapai nilai komersial untuk ditambang.
Mineralisasi Selama Proses Pembentukan Bauksit
Dalam bauksit ada preferensi untuk neomineralisasi hidroksida, oksida terhidrasi dan oksida Al, Fe dan Ti, tetapi dalam hal ini lapisan silikat dan kuarsa pun sanggup terbentuk. Pembebasan unsur-unsur dari mineral atau batuan diatur oleh:
- Obligasi dalam kisi kristal mineral yang akan hancur;
- Kelarutan pada fase mineral sekunder;
- pH dan Eh dari larutan;
- Pengisian elemen, misalnya, Fe;
- Suhu dan konsentrasi pelapukan larutan;
- Ion lain dalam pelapukan larutan.
Profil bauksit laterit di Kalimantan |
Bauksit di indonesia pada umumnya terbentuk dari proses sekunder berupa pelapukan (lateritisasi) pada batuan beku yang kaya akan mineral yang mengandung alumunium (feldspar) menyerupai granit, granodiorit, diorit, gabbro, dan andesit. Syarat bauksit yang bernilai irit ialah mengandung elemen Al2O3 yang tinggi, tetapi rendah total silika (TSiO2) dan rendah reaktif silika (RSiO2). Dooooorrrrrr...ooorrrr... serius amat bacanya.. mau tahu mengenai mekanisme eksplorasinya??, sabar aja ya, klau ada waktu dan ditemani segelas kopi niscaya akan saya kupas tuntas.
Posting Komentar untuk "Bauksit Laterit Dan Proses Pembentukannya"