Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Big Bang : Sang Teori Pembentukan Alam Semesta

Teori big bang menjadi salah satu teori yang sangat luar biasa alasannya yakni membahas perihal terbentuknya alam semesta. Meskipun aneka macam teori-teori lain (seperti teori bintang kembar dan teori pasang surut) yang membahas hal yang sama, namun teori satu ini menjadi teori yang paling populer dan banyak dibicarakan oleh para pakar.

Big bang dalam bahasa Indonesia sendiri sanggup diartikan dengan kata "Ledakan Dahsyat" atau juga "Dentuman Besar". Teori ini juga dikenal dengan nama "Teori Ledakan Dahsyat" atau "Model Ledakan Dahsyat". Mengapa teori ini disebut dengan “Teori Ledakan Dahsyat” alasannya yakni teori ini berkaitan dengan ledakan yang menciptakan fenomena terjadinya alam semesta.

Secara teoritis, teori big bang yakni sebuah  kejadian yang menjadikan sebuah pembentukan alam semesta menurut sistem kajian kosmologi perihal pembentukan awal dan perkembangan alam semesta raya. Model teori ini menyebutkan bahwa alam semesta awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat. Lalu kemudian bentuknya selalu mengembang secara terus menerus hingga hari ini.

Teori big bang menjadi salah satu teori yang sangat luar biasa alasannya yakni membahas perihal ter Teori Big Bang : Sang Teori Pembentukan Alam Semesta
Gambar ilustrasi ledakan dahsyat teori big bang.

Sejarah Teori Big Bang

Sekitar tahun 1912, Vesto Slipher menjadi orang pertama yang mengukur imbas Doppler pada sebuah nebula spiral (lihat disini teori nebula). Nebula spiral sendiri yakni istilah usang untuk galaksi spiral. Dari sinilah sejarah teori big bang ini berkembang. Mulai banyak bermunculan para ilmuwan yang mengadakan pengamatan dan pertimbangan teoritis kepada struktur alam.

Setelah sepuluh tahun berselang semenjak Vesto Slipher meneliti nebula, muncul seorang kosmologis dan matematikawan dari Rusia berjulukan Alexander Friedman. Alexander memperlihatkan bahwa alam semesta ini mungkin akan mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta statis yang sebelumnya diutarakan oleh Einstein.

Sejak dikala itu mulai bermunculan ilmuwan menyerupai Edwin Hubble yang meneruskan model nebula pada tahun 1924. Kemudian pada tahun 1927 Georges Lemaitre secara independen menurunkan persamaan milik Alexander Friedman dan mengajukan bahwa resensi nebula dalam persamaan tersebut diakibatkan oleh semesta alam yang selalu berkembang.

Berlanjut dengan Lemaitre pada tahun 1931 yang memperlihatkan pernyataan bahwa perkembangan alam ini akan hingga pada suatu titik yang dinamakan atom purba (lihat juga teori atom Thomson) dimana ruang dan waktu bermula. Kemudian pada kesudahannya beberap bukti pengamatan mengarah pada ledakan dahsyat sebagai awal terjadinya alam semesta ini. Berbagai inovasi dan persetujuan atas radiasi latar belakang gelombang mikto kosmis pada sekitar tahun 1964.

Bukti Pengamatan Hukum Humble

Ada beberapa bukti pengamatan yang menjadi pendukung dari teori big bang. Salah satunya yakni sebuah pengamatan pada galaksi yang memperlihatkan bahwa objek tersebut bergeser dan mengeluarkan warna merah. Pergeseran ini merata secara isotropis. Pergeseran ini juga terdistribusi merata pada semua objek dan terpantau di seluruh arah pantauan.

Pergeseran merah hubble sanggup juga dianggap sebagai pergeseran Doppler yang sesuai dengan kecepatan mundur V. Namun, sebetulnya kedua pergeseran ini tidaklah sama melainkan sebagai akhir dari pengembangan alam semesta antara waktu cahaya dipancarkan dan waktu cahaya itu sendiri. Pada beberapa galaksi, asumsi jarak memakai tangga jarak juga dimungkinkan.

Secara singkat, Hukum hubble mempunyai dua penjelasan. Pertama yakni kita berada pada sebuah pusat pengembangan galaksi dimana galaksi ini mustahil sesuai dengan prinsip kopernikus. Yang kedua yakni alam semesta ini mengembang merata ke segala arah.

Radiasi Sebagai Latar Belakang Gelombang Mikro Krosmis

Pada masa-masa awal terlahirnya alam semesta, alam semesta berada pada keadaan keseimbangan yang termal. Keseimbangan ini secara menciptakan foton berkesinambungan dipancarkan dan juga diserap. Inilah yang selanjutnya menghasilkan radiasi spectrum benda hitam.

Setelah terjadinya ledakan sebagai teori big bang, temperatur alam semesta menurun sehingga foton menjadi tidak sanggup diciptakan ataupun dihancurkan. Karena tidak sanggup diciptakan dan dihancurkan, foton terus saja dipantulkan dari elektron-elektron bebas. Hal ini menciptakan pada masa awal terbentuknya alam semesta, alam semesta Nampak buram oleh cahaya.

Kelimpahan Unsur-Unsur Primordial

Berdasarkan teori big bang, kita sanggup memperkirakan konsentrasi-konsentrasi yang ada di alam semesta berbanding dengan jumlah hydrogen pada umumnya. Konsentrasi tersebut yakni helium-3, helium-4 dan litium-7. Rasio prediksi perbandingan ini yakni 0.25 untuk 4He/H, 10-3 untuk 2H/H, 10-4 untuk 3He/H dan 10-9 untuk 7Li/H. Hasil prediksi ini sudah sesuai dengan hasil pengukuran.

Kesesuaian antara prediksi dengan hasil pengukuran ini cukup baik untuk deuterium. Namun, sebetulnya masih ada perbedaan kecil yang terlihat yaitu 4He dan 7Li. Meskipun tidak semuanya 100 persen benar namun konsistensi prediksi ini secara umum sanggup menjadi salah satu bukti yang berpengaruh akan terjadinya sebuah ledakan dahsyat yang membentuk alam semesta.

Itulah beberapa bukti yang sanggup dijadikan sebagai pendukung dari teori big bang. Ledakan Dahsyat yang membentuk alam semesta ini masih menjadi misteri alasannya yakni hanya sanggup dibuktikan dengan penelitian. Sedangkan tidak akan pernah ada saksi khusus.

Posting Komentar untuk "Teori Big Bang : Sang Teori Pembentukan Alam Semesta"