Teori Evolusi Bukan Teori Ilmiah? Ini Jawabannya!
Teori evolusi yang mengungkap sejarah asal ajakan insan di muka bumi ini selalu menjadi perdebatan hangat oleh banyak ilmuwan. Para ilmuwan banyak mengungkap wacana bukti awal pertama kali insan diciptakan. Sejak dikala itu muncul para filsuf dari kalangan agama yang menguji kebenaran teori tersebut, dan ternyata mereka menghasilkan sejarah insan yang berbeda jauh dari teori evolusi.
Adalah Harun Yahya, Thomas Aquinas, Etienne Gilson, Pierre Teilhard, A.D. Sertillanges, Karl Rahner, Keith Ward, dan masih banyak lagi merupakan beberapa tokoh yang dengan keberaniannya memunculkan perdebatan antara kreasionisme dan evolusionisme. Benarkah ada konsep "kebetulan" yang dicetuskan oleh Darwin bertentangan dengan kehendak Tuhan dan bersifat atheis??.
Kajian yang akan saya paparkan dibawah ini hanyalah merupakan kumpulan jawaban penganut evolusionisme terhadap pandangan kreasionisme wacana teori evolusi. Benar ataupun tidaknya, tergantung dari anda yang menilainya. Berikut beberapa cuilan pandangan serta jawaban yang dikala ini hangat diperdebatkan.
Adalah Harun Yahya, Thomas Aquinas, Etienne Gilson, Pierre Teilhard, A.D. Sertillanges, Karl Rahner, Keith Ward, dan masih banyak lagi merupakan beberapa tokoh yang dengan keberaniannya memunculkan perdebatan antara kreasionisme dan evolusionisme. Benarkah ada konsep "kebetulan" yang dicetuskan oleh Darwin bertentangan dengan kehendak Tuhan dan bersifat atheis??.
Kajian yang akan saya paparkan dibawah ini hanyalah merupakan kumpulan jawaban penganut evolusionisme terhadap pandangan kreasionisme wacana teori evolusi. Benar ataupun tidaknya, tergantung dari anda yang menilainya. Berikut beberapa cuilan pandangan serta jawaban yang dikala ini hangat diperdebatkan.
Pandangan Kreasionisme
Teori evolusi menyebutkan bahwa makhluk hidup tercipta sebagai akhir "kebetulan" dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alami. Teori ini bekerjsama bukan aturan ilmiah ataupun fakta yang telah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini merupakan pandangan hidup materialis yang didoktrinkan ke dalam masyarakat oleh kaum "Darwinis". Dasar-dasar teori ini telah banyak digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang. Teori evolusi merupakan cara-cara untuk mempengaruhi dan mempropaganda.
Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan ditengah konteks pemahaman ilmiah masa ke-19 yang masih terbelakang. Hingga hari ini teori tersebut belum pernah didukung oleh percobaan atau inovasi ilmiah apapun. Sebaliknya, seluruh metode yang tujuannya menerangkan keabsahan teori ini justru berakhir dengan penyangkalan teori ini.
Sebagai contoh, Sel merupakan satuan terkecil makhluk hidup, tidak mungkin akan muncul secara kebetulan dalam kondisi primitif menyerupai yang dipaksakan kaum evolusionis supaya kita percaya. Jangankan dalam kondisi demikian, di laboratorium modern kini ini pun, hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Asam-asam amino yang merupakan satuan pembentuk banyak sekali protein penyusun sel hidup, tidak bisa dengan sendirinya membentuk organel-organel didalam sel menyerupai membran sel, mitokondria, retikulum endoplasma, ataupun ribosom, apalagi membentuk sebuah sel yang utuh. Oleh alasannya yaitu itu, claim bahwa sel pertama terbentuk secara kebetulan melalui proses evolusi, hanyalah hasil rekaan yang didasarkan pada imajinasi.
Evolusionis mengklaim bahwa molekul DNA yang terdapat di dalam inti sel hidup, merupakan sebuah sistem kode yang berjumlah sekitar 3,5 miliar satuan, yang berisi semua rincian makhluk hidup. DNA pertama kali ditemukan memakai kristalografi sinar-X pada final tahun 1940-an dan awal 1950-an, dan merupakan sebuah molekul besar dengan bentuk yang sangat luar biasa. Francis Crick, seorang pemenang hadiah Nobel, selama bertahun-tahun meyakini teori evolusi molekuler. Namun akhirnya, ia sendiri pun harus mengakui bahwa molekul yang sangat rumit tersebut tidak akan mungkin muncul dengan sendirinya, secara tiba-tiba alasannya yaitu kebetulan, atau alasannya yaitu hasil dari sebuah proses evolusi. Dengan pemahaman keilmuan yang ada dikala ini maka asal mula kehidupan bagaikan sebuah keajaiban.
Evolusionis berkebangsaan Turki, Profesor Ali Demirsoy, dengan jujur memperlihatkan akreditasi bahwa kemungkinan terbentuknya sebuah protein dan asam nukleat (DNA-RNA) yaitu diluar batas perhitungan. Peluang munculnya suatu rantai protein yaitu sangat kecil, sehingga bisa disebut tidak mungkin.
Homer Jacobson, Profesor di bidang Ilmu Kimia, memperlihatkan akreditasi wacana kemustahilan munculnya kehidupan akhir faktor kebetulan. Petunjuk untuk rencana reproduksi, untuk urutan pertumbuhan, dan untuk prosedur efektor yang menterjemahkan arahan menjadi pertumbuhan, semua itu harus terbentuk secara serentak pada dikala awal terjadinya kehidupan. Kemungkinan kombinasi semua insiden itu secara kebetulan sepertinya sungguh luar biasa kecil.
Catatan fosil pun memperlihatkan bukti lain, yang menjadi kekalahan telak bagi teori evolusi. Dari seluruh fosil yang telah ditemukan dikala ini, tidak satu pun merupakan bentuk "antara" (bentuk peralihan) yang ditemukan. Seharusnya bentuk tersebut ada kalau memang makhluk hidup berevolusi tahap demi tahap, dari spesies yang sederhana menjadi spesies yang lebih kompleks, menyerupai yang dinyatakan oleh teori evolusi.
Dilemanya, kalau spesies menyerupai itu ada, seharusnya jumlahnya akan banyak sekali, berjuta-juta, bahkan bermiliar-miliar. Sisa dan kerangka spesies semacam itu haruslah ada dalam catatan fosil. Jika bentuk-bentuk "transisi" ini betul ada, maka jumlahnya sudah niscaya akan melebihi jumlah spesies yang kita ketahui dikala ini. Seluruh dunia akan dipenuhi dengan fosil spesies tersebut.
Para evolusionis mencari bentuk-bentuk "peralihan" ini di semua penelitian fosil, yang telah dilakukan semenjak masa kesembilan belas. Akan tetapi, hingga dikala ini sama sekali tidak ditemukan jejak spesies "peralihan" ini. Kaprikornus bekerjsama catatan fosil yang ada dikala ini justru memperlihatkan bahwa makhluk hidup secara tiba-tiba muncul dalam bentuk yang sempurna, bukan melalui sebuah proses dari bentuk primitif menuju bentuk yang lebih maju, menyerupai yang diagung-agungkan teori evolusi.
Kaum evolusionis telah berusaha keras untuk menerangkan kebenaran teori mereka. Tetapi nyatanya dengan tangannya sendiri, mereka justru telah menerangkan bahwa proses evolusi yaitu mustahil. Kaprikornus Kesimpulannya, ilmu pengetahuan modern mengungkapkan fakta yang tak mungkin dipungkiri bahwa: "Munculnya makhluk hidup bukanlah alasannya yaitu faktor kebetulan, melainkan hasil ciptaan Tuhan".
Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan ditengah konteks pemahaman ilmiah masa ke-19 yang masih terbelakang. Hingga hari ini teori tersebut belum pernah didukung oleh percobaan atau inovasi ilmiah apapun. Sebaliknya, seluruh metode yang tujuannya menerangkan keabsahan teori ini justru berakhir dengan penyangkalan teori ini.
Sebagai contoh, Sel merupakan satuan terkecil makhluk hidup, tidak mungkin akan muncul secara kebetulan dalam kondisi primitif menyerupai yang dipaksakan kaum evolusionis supaya kita percaya. Jangankan dalam kondisi demikian, di laboratorium modern kini ini pun, hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Asam-asam amino yang merupakan satuan pembentuk banyak sekali protein penyusun sel hidup, tidak bisa dengan sendirinya membentuk organel-organel didalam sel menyerupai membran sel, mitokondria, retikulum endoplasma, ataupun ribosom, apalagi membentuk sebuah sel yang utuh. Oleh alasannya yaitu itu, claim bahwa sel pertama terbentuk secara kebetulan melalui proses evolusi, hanyalah hasil rekaan yang didasarkan pada imajinasi.
Evolusionis mengklaim bahwa molekul DNA yang terdapat di dalam inti sel hidup, merupakan sebuah sistem kode yang berjumlah sekitar 3,5 miliar satuan, yang berisi semua rincian makhluk hidup. DNA pertama kali ditemukan memakai kristalografi sinar-X pada final tahun 1940-an dan awal 1950-an, dan merupakan sebuah molekul besar dengan bentuk yang sangat luar biasa. Francis Crick, seorang pemenang hadiah Nobel, selama bertahun-tahun meyakini teori evolusi molekuler. Namun akhirnya, ia sendiri pun harus mengakui bahwa molekul yang sangat rumit tersebut tidak akan mungkin muncul dengan sendirinya, secara tiba-tiba alasannya yaitu kebetulan, atau alasannya yaitu hasil dari sebuah proses evolusi. Dengan pemahaman keilmuan yang ada dikala ini maka asal mula kehidupan bagaikan sebuah keajaiban.
Evolusionis berkebangsaan Turki, Profesor Ali Demirsoy, dengan jujur memperlihatkan akreditasi bahwa kemungkinan terbentuknya sebuah protein dan asam nukleat (DNA-RNA) yaitu diluar batas perhitungan. Peluang munculnya suatu rantai protein yaitu sangat kecil, sehingga bisa disebut tidak mungkin.
Homer Jacobson, Profesor di bidang Ilmu Kimia, memperlihatkan akreditasi wacana kemustahilan munculnya kehidupan akhir faktor kebetulan. Petunjuk untuk rencana reproduksi, untuk urutan pertumbuhan, dan untuk prosedur efektor yang menterjemahkan arahan menjadi pertumbuhan, semua itu harus terbentuk secara serentak pada dikala awal terjadinya kehidupan. Kemungkinan kombinasi semua insiden itu secara kebetulan sepertinya sungguh luar biasa kecil.
Catatan fosil pun memperlihatkan bukti lain, yang menjadi kekalahan telak bagi teori evolusi. Dari seluruh fosil yang telah ditemukan dikala ini, tidak satu pun merupakan bentuk "antara" (bentuk peralihan) yang ditemukan. Seharusnya bentuk tersebut ada kalau memang makhluk hidup berevolusi tahap demi tahap, dari spesies yang sederhana menjadi spesies yang lebih kompleks, menyerupai yang dinyatakan oleh teori evolusi.
Dilemanya, kalau spesies menyerupai itu ada, seharusnya jumlahnya akan banyak sekali, berjuta-juta, bahkan bermiliar-miliar. Sisa dan kerangka spesies semacam itu haruslah ada dalam catatan fosil. Jika bentuk-bentuk "transisi" ini betul ada, maka jumlahnya sudah niscaya akan melebihi jumlah spesies yang kita ketahui dikala ini. Seluruh dunia akan dipenuhi dengan fosil spesies tersebut.
Para evolusionis mencari bentuk-bentuk "peralihan" ini di semua penelitian fosil, yang telah dilakukan semenjak masa kesembilan belas. Akan tetapi, hingga dikala ini sama sekali tidak ditemukan jejak spesies "peralihan" ini. Kaprikornus bekerjsama catatan fosil yang ada dikala ini justru memperlihatkan bahwa makhluk hidup secara tiba-tiba muncul dalam bentuk yang sempurna, bukan melalui sebuah proses dari bentuk primitif menuju bentuk yang lebih maju, menyerupai yang diagung-agungkan teori evolusi.
Kaum evolusionis telah berusaha keras untuk menerangkan kebenaran teori mereka. Tetapi nyatanya dengan tangannya sendiri, mereka justru telah menerangkan bahwa proses evolusi yaitu mustahil. Kaprikornus Kesimpulannya, ilmu pengetahuan modern mengungkapkan fakta yang tak mungkin dipungkiri bahwa: "Munculnya makhluk hidup bukanlah alasannya yaitu faktor kebetulan, melainkan hasil ciptaan Tuhan".
Tanggapan Evolusionisme
Teori evolusi tidak pernah bicara soal "kebetulan", kecuali kalau kita mau menyampaikan bahwa setiap fenomena alami yang terjadi di alam yaitu sebuah "kebetulan". Proses evolusi yaitu proses alami yang terjadi di alam, dan ilmu biologi umumnya mengklasifikasikan insan dalam taksonomi sebagai anggota dari keluarga (family) monyet besar, dimana anggota keluarga lainnya menyerupai simpanse, orang utan, dan gorilla. Perlu diketahui bahwa Monyet tidak termasuk family monyet besar.
Teori evolusi tidak bicara wacana asal penciptaan makhluk hidup, apalagi secara kebetulan. Teori yang membahas hal tersebut yaitu teori abiogenesis modern. Sangat menggelikan sekali, kalau ingin membantah teori evolusi, namun mereka (kaum kreasionis) tidak paham perbedaan antara teori evolusi (origin of species) dengan teori abiogenesis modern (origin of life).
Teori evolusi tidak bicara wacana asal penciptaan makhluk hidup, apalagi secara kebetulan. Teori yang membahas hal tersebut yaitu teori abiogenesis modern. Sangat menggelikan sekali, kalau ingin membantah teori evolusi, namun mereka (kaum kreasionis) tidak paham perbedaan antara teori evolusi (origin of species) dengan teori abiogenesis modern (origin of life).
Gambar ilustrasi berkaitan dengan teori evolusi. |
Teori evolusi juga bukan propaganda materialis. Jika alasannya yaitu tidak membicarakan tugas Tuhan di dalamnya kemudian diklaim sebagai propaganda materialis, maka semua teori ilmiah lainnya juga harus dianggap propaganda materialis??. Saat ini, tidak ada 'bukti ilmiah' yang membantah teori evolusi. Sebaliknya, justru pandangan non-ilmiah mereka yang merupakan bentuk propaganda dan penuh kebohongan serta rekayasa.
Benar bahwa teori evolusi dicetuskan pada masa ke-19, dimana pengetahuan masih relatif kurang dibanding masa kini. Tapi perlu diingat bahwa banyak teori dan inovasi ilmiah dihasilkan lebih bau tanah daripada teori evolusi. Intinya, teori yang terbukti salah akan digugurkan, sedangkan teori yang terbukti kebenarannya akan bertahan, bahkan makin berkembang seiring kemajuan pengetahuan. Dan teori evolusi bisa bertahan bahkan berkembang menyerupai dikala ini alasannya yaitu melalui proses yang sama.
Jika tidak ada pembuktian, maka teori tidak bisa disebut teori, tetapi hanya berupa hipotesa. Teori yaitu hipotesa yang sudah teruji. Ini salah satu alasan mengapa kreasionisme bukan sebuah teori. Teori evolusi bukanlah pandangan filosofis, tak ada kaitan dengan meterialisme ataupun sejenisnya. Apakah ada tugas Tuhan ataupun tidaknya, itu bukan inti dari teori evolusi. Dan sekali lagi, belum ada bukti ilmiah yang menyangkal teori evolusi. Kemunculan makhluk hidup pertama bukan bahasan teori evolusi, melainkan teori abiogeneis. Para penganut kreasionisme bahkan gagal dalam bantahan pertama, alasannya yaitu tidak paham perbedaan keduanya.
Bahkan makhluk hidup awal yang dibuat pada abiogenesis pun tidak mempunyai struktur yang sama menyerupai sel paling sederhana yang dikenal kini ini. Hipotesa "RNA World" mengklaim bahwa kemungkinan makhluk hidup pada awalnya tidak mempunyai DNA, melainkan RNA yang bisa menggantikan fungsi DNA.
Asal kehidupan bukan bahasan teori evolusi. Dan "keajaiban" bukan sesuatu yang bisa diterima oleh sains. Saat ini, ilmuwan sudah berhasil menjiplak proses pembentukan nukleutida dan asam amino. Dan insiden yang terjadi di alam yaitu proses yang simultan, bukan satu persatu. Kaprikornus nilai probabilitas yang diajukan kreasionisme yaitu tidak relevan.
Tidak semua makhluk hidup yang mati berubah jadi fosil. Itulah salah satu kesulitan mencari fosil "antara" (transisi). Namun, fosil transisi yang dimaksud bukannya tidak ada; Odontochelys semitestacea, frogamander, archaeopteryx, tiktaalik, microraptor, merupakan pola bahwa fosil tersebut ada. Perhatikan Odontochelys semitestacea, itu merupakan kura-kura dengan tempurung yang belum terbentuk sempurna. Kaprikornus sebenarnya, catatan fosil justru memperlihatkan kepada kita bahwa makhluk hidup berevolusi. Karena tidak semua makhluk hidup bermetamorfosis fosil, tetapi fosil yang ada kini ini sudah cukup memberi klarifikasi mengenai proses transisi makhluk hidup.
Posting Komentar untuk "Teori Evolusi Bukan Teori Ilmiah? Ini Jawabannya!"