Macam-Macam Lingkungan Pengendapan Batubara
Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah terkena pengaruh-pengaruh syn-sedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkan batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi. Lingkungan pengendapan batubara sanggup dipakai untuk memilih penyebaran lapisan, cara terjadinya, serta kualitas batubara. Namun sering kali masih belum sanggup menghasilkan yang prediksi yang akurat (Thomas, 2002).
Baca juga : Tempat dan Proses Pembentukan Batubara
Gambar sekuen batubara. |
Agar sanggup menawarkan makna genesa dan lingkungan pengendapan batubara terhadap aktivitas eksplorasi batubara, memerlukan adanya suatu model geologi (Prasongko, 1996). Model geologi untuk pengendapan batubara ialah menunjukan korelasi antara genesa batubara dengan batuan di sekitarnya, dengan memakai perbandingan antara sekuen gambut yang kini terbentuk dengan sekuen batuan yang mengandung batubara dan telah terbentuk pada masa lampau (Thomas, 2002).
Lingkungan pengendapan batubara erat kaitannya dengan fisiografi cekungan pengendapan. Menurut Teichimuller (1982; dalam Stach et al, 1982), cekungan pengendapan bagi perkembangan endapan gambut sebagai materi asal pembentuk batubara dipengaruhi oleh :
- Kenaikan muka air tanah yang lambat atau dasar cekungan mengalami penurunan yang lambat, sehingga endapan gambut terhindar dari erosi air laut.
- Adanya penghalang rawa-rawa ibarat penghalang pantai, gosong pasir atau tanggul alam untuk melindungi endapan gambut dari banjir air sungai dan erosi air laut.
- Energi yang rendah dari hinterland (daerah dengan morfologi yang relatif datar dan perbedaan topografi yang kecil) sehingga tidak ada sedimen fluviatil (kasar) yang diendapkan.
Menurut Stach et al (1982), menurut posisi geografinya, lingkungan pengendapan batubara dibedakan menjadi zona paralik (tepi pantai) dan limnik (daratan). Batubara di dunia lebih dari 90% terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah ibarat ini sanggup dijumpai di dataran pantai, lagun, delta, atau juga fluvial. Selanjutnya pembahasan masing-masing lingkungan pengendapan batubara lebih mengacu pada pembagian yang dikemukakan oleh Horne et al (1978) ialah sebagai berikut:
Lingkungan Pengendapan Barrier : Barrier terbentuk selama delta mengalami progadasi, dan kemudian terjadi pengisian suplai sedimen dari darat dan maritim sampai meluas ke tempat rawa back-barrier (Galloway dan Hobday, 1983). Lingkungan barrier mempunyai tugas penting, yaitu menutup efek oksidasi dari air maritim dan mendukung pembentukan gambut di bab dataran.
Lingkungan Pengendapan Back-Barrier ; Karakteristik batuan sedimen pada lingkungan back barrier ialah mengalami coarsening upward, terdapat serpih abu-abu gelap yang kaya materi organik, batulanau dan mengandung batubara yang tipis dengan penyebaran secara lateral yang tidak menerus serta konkresi siderit. Batubara di tempat lingkungan back–barrier umumnya tipis, tidak menerus, mengandung banyak sulfur, dan seringkali juga disebut shale hitam atau bone coal (Renton dan Cecil, 1979 dalam Galloway dan Hobday, 1983). Lempung pada tempat back-barrier tidak mempunyai struktur laminasi dan banyak mengandung kaolin alasannya adanya pembersihan montmorilinit oleh air asam pada gambut (Staub dan Cohn, 1978 dalam Galloway dan Hobday, 1983).
Lingkungan Pengendapan Lower Delta Plain ; Lingkungan lower delta plain didominasi oleh sekuen coarsening upward yang terdiri dari batulumpur dan batulanau, mempunyai ketebalan antara 15-55 m dan penyebaran lateral 8 sampai 10 km. Bagian bawah dari sekuen sedimen ini ialah batulumpur abu-abu gelap sampai hitam dan terdapat siderit dan batugamping dengan sebaran yang tidak teratur. Pada bab atas sekuen ini sering dijumpai batupasir, memperlihatkan adanya peningkatan energi transportasi pada tempat perairan dangkal dikala teluk terisi endapan sedimen (Horne et al, 1979 dalam Thomas, 2002). Bila teluk telah cukup terisi maka tumbuhan akan sanggup tumbuh, sehingga dalam kurun waktu tertentu batubara sanggup terbentuk. Namun demikian, tetapi kalau teluk tidak terisi penuh, organisme, batupasir, dan siderit akan terbentuk. Pola umum coarsening upward atau mengkasar keatas pada interbutary kafe di beberapa tempat sanggup terputus oleh detritus creavase splays (Horne et al, 1979, dalam Thomas, 2002).
Lingkungan Pengendapan Upper Delta Plain – Fluvial ; Upper delta plain merupakan tempat akumulasi gambut dalam jumlah yang tidak banyak, namun lingkungannya relatif stabil. Endapannya didominasi oleh bentuk linier, badan batupasir lentikuler yang mempunyai ketebalan sampai 25 m dan lebar 11 km. Tumbuhan pada sub-lingkungan upper delta plain akan didominasi oleh pohon-pohon keras dan akan menghasilkan batubara yang blocky, sedangkan tumbuhan pada lower delta plain didominasi oleh tumbuhan nipah-nipah pohon yang menghasilkan batubara berlapis.
Lingkungan Pengendapan Transitional Lower Delta Plain ; Zona diantara lower dan upper delta plain ialah zona transisi yang mengandung karakteristik litofasies dari sekuen tersebut yang merupakan juga sekuen bay-fill yang dicirikan oleh litologi yang berbutir halus dan lebih tipis (1,5 – 7,5 m) daripada sekuen lower delta plain (Horne et al, 1978). Perkembangan rawa pada lingkungan transisi lower delta plain sangat intensif, alasannya adanya pengisian sedimen pada tempat "interdistributary bay" sehingga sanggup terbentuk lapisan batubara yang tersebar luas dengan kecenderungan agak memanjang sejajar dengan jurus perlapisan.
Sumber Referensi : Thomas, L., 2002, Coal Geology, John Wiley & Sons Ltd, England, 384 hal. Prasongko, B.K., 1996, Model Pengendapan Batubara Untuk Menunjang Eksplorasi dan Perencanaan Pertambangan, Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung, Bandung, 138 hal. Stach, E., Mackowsky, M.TH, Teichmuller, M., Taylor,G.H., Chandra, and D. Teichmuller, 1982, Stacsh’s text book of coal petrology, 3rd., Gebruder, Berlin, Stuttgart, 452 hal. Horne, J.C., Ferm, J.C., Carucio, F.T., and Baganz, B.P., 1978, Depositional Models in Coal Exploration and Mining Planning in Appalachian Region, AAPG Bulletin vol 62/no 12, hal 2379-2411. Galloway, W.E., and Hobday, D.K., 1983, Terrigenous Clastic Depositional Systems Application to Petroleum, Coal, and Uanium Exploration, Springer-Verlag, New York, 423 hal.
Posting Komentar untuk "Macam-Macam Lingkungan Pengendapan Batubara"