Jenis Zona Potensi Terjadinya Tanah Longsor
Zona Potensi Tanah Longsor - Penyebab terjadinya tanah longsor yakni alasannya yakni air yang meresap ke dalam tanah sehingga menciptakan bobot tanah menjadi lebih besar. Jika air tersebut menembus hingga ke tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Kawasan rawan peristiwa longsor dibedakan atas zona-zona menurut abjad dan kondisi fisik alaminya.
Baca juga : Jenis-jenis Lapisan Tanah
Zona berpotensi tanah longsor yakni daerah/kawasan yang rawan terhadap peristiwa longsor dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas insan sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga berpotensi terjadinya longsor. Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi 3 jenis zona, yaitu Zona Tipe A, Zona Tipe B, dan Zona Tipe C.
Pada zona ini, lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan sungai dengan ketebalan lebih dari 2 (dua) meter. Pada lereng sering muncul rembesan air atau mata air terutama pada bidang kontak antara batuan kedap dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Vegetasi alami yang sanggup dijumpai antara lain flora berakar serabut (perdu, semak, dan rerumputan), pepohonan bertajuk berat, dan berdaun jarum (pinus).
Baca juga: Pengertian, Jenis, dan Fungsi Tekstur Tanah
Pada Zona ini jenis gerakan tanah yang terjadi berupa Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah, maupun materi rombakan dengan bidang gelincir lurus, melengkung atau tidak beraturan. Biasa dijumpai anutan tanah, anutan batuan dan anutan materi rombakan batuan, bahkan kombinasi antara dua atau beberapa jenis gerakan tanah dengan gerakan relatif cepat (lebih dari 2 meter per hari hingga mencapai 25 meter per menit).
Baca juga: Jenis Tanah di Indonesia
Pada zona ini curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm dan Sering muncul rembesan air atau mata air pada lerengterutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Gerakan tanah yang terjadi pada daerah ini umumnya berupa rayapan tanah yang menjadikan retakan dan amblesan tanah.
Baca juga: Penjelasan Mengenai Klasifikasi Tanah
Daerah ini Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Gerakan tanah yang sering terjadi umumnya berupa rayapan tanah yang menjadikan retakan dan amblesan tanah dengan kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan kecepatan kurang dari 2 (dua) meter per hari.
(Referensi: Karnawati, D. 2006, Kajian Aspek Geologi sebagai Faktor Resiko Bencana Gerakan Tanah. Makalah pada Lokakarya Penataan Ruang sebagai Wahana untuk meminimalkan Potensi Kejadian Longsor, Jakarta).
Baca juga : Jenis-jenis Lapisan Tanah
Zona berpotensi tanah longsor yakni daerah/kawasan yang rawan terhadap peristiwa longsor dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas insan sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga berpotensi terjadinya longsor. Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi 3 jenis zona, yaitu Zona Tipe A, Zona Tipe B, dan Zona Tipe C.
Tipologi zona berpotensi tanah longsor menurut hidrogeomorfologi. |
Zona Berpotensi Longsor Tipe A
Zona ini merupakan daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, tebing sungai atau lembah sungai dengan kemiringan lereng di atas 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut. Zona ini dicirikan dengan kondisi Lereng pegunungan relatif cembung; tersusun atas tanah epilog setebal lebih dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan gampang lolos air (misalnya tanah-tanah residual), menumpang di atas batuan dasarnya yang lebih padat dan kedap (misalnya andesit, breksi andesit, tuf, napal dan watu lempung).Pada zona ini, lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan sungai dengan ketebalan lebih dari 2 (dua) meter. Pada lereng sering muncul rembesan air atau mata air terutama pada bidang kontak antara batuan kedap dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Vegetasi alami yang sanggup dijumpai antara lain flora berakar serabut (perdu, semak, dan rerumputan), pepohonan bertajuk berat, dan berdaun jarum (pinus).
Baca juga: Pengertian, Jenis, dan Fungsi Tekstur Tanah
Pada Zona ini jenis gerakan tanah yang terjadi berupa Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah, maupun materi rombakan dengan bidang gelincir lurus, melengkung atau tidak beraturan. Biasa dijumpai anutan tanah, anutan batuan dan anutan materi rombakan batuan, bahkan kombinasi antara dua atau beberapa jenis gerakan tanah dengan gerakan relatif cepat (lebih dari 2 meter per hari hingga mencapai 25 meter per menit).
Zona Berpotensi Longsor Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% - 40%, dengan ketinggian 500-2000 meter di atas permukaan laut. Zona ini antara lain dicirikan oleh Lereng pegunungan tersusun dari tanah epilog setebal kurang dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan gampang lolos air, Lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan sungai dengan ketebalan kurang dari 2 (dua) meter.Baca juga: Jenis Tanah di Indonesia
Pada zona ini curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm dan Sering muncul rembesan air atau mata air pada lerengterutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Gerakan tanah yang terjadi pada daerah ini umumnya berupa rayapan tanah yang menjadikan retakan dan amblesan tanah.
Zona Berpotensi Longsor Tipe C
Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% - 20%, dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Zonasi ini antara lain dicirikan oleh daerah kelokan sungai (meandering) dengan kemiringan tebing sungai lebih dari 40%, Kondisi tanah (batuan) penyusun lereng umumnya tersusun dari tanah lempung yang gampang mengembang apabila jenuh air (jenis montmorillonite), dan curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm.Baca juga: Penjelasan Mengenai Klasifikasi Tanah
Daerah ini Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Gerakan tanah yang sering terjadi umumnya berupa rayapan tanah yang menjadikan retakan dan amblesan tanah dengan kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan kecepatan kurang dari 2 (dua) meter per hari.
(Referensi: Karnawati, D. 2006, Kajian Aspek Geologi sebagai Faktor Resiko Bencana Gerakan Tanah. Makalah pada Lokakarya Penataan Ruang sebagai Wahana untuk meminimalkan Potensi Kejadian Longsor, Jakarta).
Posting Komentar untuk "Jenis Zona Potensi Terjadinya Tanah Longsor"